Jondris Pakpahan adalah seorang agen Tandan Buah Segar (TBS) kelapa sawit dari Desa Kandis, di provinsi Riau. Dalam kesehariannya, dia mengumpulkan dan membeli TBS dari petani–petani kelapa sawit dan lalu menjualnya ke pabrik di Ujung Tanjung milik GAR di Kabupaten Rokan Hilir.
Dia memulai kegiatannya di pagi hari dengan melihat apakah petani swadaya di kawasannya memanen TBS mereka pada hari itu. Setelah para petani selesai memanen, Jondris menimbang dan membeli buah tersebut, lalu mengirimnya ke pabrik. Setiap hari, Jondris membeli TBS dari setidaknya 10 petani yang telah ia bina.
Hari ini Jondris mengikuti lokakarya yang diselenggarakan GAR untuk belajar bagaimana cara agar TBS yang ia dapatkan dapat ditelusuri. Jondris sangat antusias dengan lokakarya ini “Saya berpendapat bahwa kegiatan ini bermanfaat dan merupakan masukan yang baik dari perusahaan untuk dapat meningkatkan pengetahuan kami tentang pentingnya membangun kemamputelusuran hingga di tingkat petani.”
Kemamputelusuran atau pemetaan rantai pasok merupakan proses mengetahui dari mana bahan baku seperti TBS kelapa sawit berasal: dari perkebunan mana, siapa pemilik kebun tersebut dan dimana lokasi perkebunan berada. Dengan mengetahui semua pemasok yang terlibat, kita dapat menjalin kerja sama yang lebih baik dengan mereka dan membantu mereka melakukan aktivitas pertanian yang lebih berkelanjutan.
Daniel Prakasa, Head of Downstream Sustainability Implementation GAR mengatakan, “Apa yang ingin kami capai dari pelatihan dan lokakarya hari ini adalah bagian awal dari upaya menjadi pelopor dalam membangun praktik rantai pasokan perusahaan dan kami siap membantu petani dalam meningkatkan standar praktik keberlanjutan mereka.”
Rencana kemamputelusuran hingga ke perkebunan GAR melanjutkan apa yang telah diselesaikan pada tahap pertama pemetaan rantai pasok. Di bulan Desember 2015, GAR telah berhasil menyelesaikan kemamputelusuran pada 489 pabriknya yang memasok ke delapan fasilitas pengolahan GAR di Indonesia.
Saat ini perusahaan membangun kemamputelusuran di pabrik seperti di Ujung Tanjung untuk menelusuri rantai pasok hingga ke perkebunan atau hingga ke TBS.
Karena ini merupakan proses yang baru untuk banyak pihak, proses ini akan memakan waktu dan selain itu GAR harus berkomunikasi dengan banyak pemangku kepentingan seperti Jondris untuk memastikan bahwa mereka memahami prosesnya dan bagaimana cara melakukannya.
Di lokakarya, Jondris, agen TBS lainnya dan para petani kelapa sawit mempelajari cara menggunakan alat bantu dan proses membangun sistem kemamputelusuran. Mereka diajarkan cara menemukan koordinat lokasi perkebunan mereka dengan menggunakan smartphone mereka sendiri. Selain itu, mereka juga diberikan contoh bagaimana melengkapi dokumen-dokumen yang harus mereka lakukan setiap mereka menerima TBS dari para petani.
Dengan menyediakan informasi ini akan membantu mereka untuk mengakses pasar global dengan permintaan pelanggan terhadap transparansi yang semakin bertumbuh.
GAR ingin membina semua pemasoknya agar mendukung perjalanan keberlanjutan perusahaan. Mewujudkan kemamputelusuran secara penuh hingga ke perkebunan kelapa sawit akan membantu GAR dalam mencapai sasaran tersebut. Pada akhir 2017 pabrik–pabrik milik GAR diharapkan dapat menyelesaikan proses membangun kemamputelusuran ini sedangkan untuk pabrik-pabrik pihak ketiga diharapkan akan selesai pada akhir 2020.