Pengalaman dan keahlian menuntun setiap langkah dalam kegiatan kami sejak tahap awal hingga akhir atau mulai dari benih hingga produk akhir di etalase (seed-to-shelf). Simak dari para ahli teknis dan pakar kami dalam agronomi, keberlanjutan, nutrisi dan makanan, perdagangan, pengiriman, serta produk konsumen dan komersial yang ada di Perusahaan.
Götz Martin telah bersama GAR sejak 2015, memimpin inisiatif Perusahaan di bidang keberlanjutan secara langsung di lapangan. Timnya berkonsentrasi di bidang: 1) Konservasi, rehabilitasi, dan pengelolaan Hutan dan Lahan Gambut, 2) Keberperanan Komunitas yang berfokus pada tindakan nyata yang melibatkan partisipasi berbagai kalangan dan mata pencaharian alternatif, 3) Pengadaan yang Bertanggung Jawab dengan fokus pada keterlibatan peran pemasok dan transformasi rantai pasok.
Beliau memiliki pengalaman 12 tahun terkait tata guna hutan/lahan dan keberlanjutan, serta menghabiskan waktu selama 11 tahun di Asia Tenggara. Sebagai ahli terkemuka di bidangnya, Götz bergabung dalam berbagai komisi, misalnya Komite Eksekutif Pendekatan Stok Karbon Tinggi (High Carbon Stock Approach/HCSA), Komite Manajemen Jaringan Sumber Daya Bernilai Konservasi Tinggi (High Conservation Value Resource Network/HCVRN), Kelompok Kerja Lahan Gambut RSPO (RSPO Peatland Working Group), dan Kelompok Kerja Keanekaragaman Hayati dan Nilai Konservasi Tinggi RSPO (RSPO Biodiversity and High Conservation Value Working Group).
Dalam peran yang diemban sebelumnya di McKinsey & Company, Götz merupakan salah satu penulis utama dari McKinsey Global Greenhouse Gas Abatement Cost Curve serta Indonesian Greenhouse Gas Abatement Cost Curve, yaitu dokumen pertama yang diterbitkan instansi pemerintah Indonesia yaitu Dewan Nasional Perubahan Iklim (DNPI) yang menyoroti peran lahan gambut sebagai sumber emisi karbon. Beliau juga merupakan penulis utama dalam penyusunan East Kalimantan and Central Kalimantan Low Carbon Economic Growth Strategy.
Gotz merupakan lulusan Albert-Ludwig University of Freiburg, Jerman dengan gelar PhD dan Master di bidang Ilmu Kehutanan, dan juga gelar Sarjana di bidang Manajemen Lingkungan.
“Tumbuh di sebuah desa kecil di Jerman, alam pada umumnya dan hutan pada khususnya adalah tempat favorit saya. Saat kuliah dan menyadari bahwa bumi kita berada dalam kondisi yang semakin membahayakan, saya akhirnya memutuskan untuk meniti karier di bidang keberlanjutan. Pemerintah dan sektor swasta terkemuka dapat memperbaiki keadaan ini dan mengubah kehidupan kita, sekaligus tetap membuka jalan bagi negara berkembang untuk terus berkembang dan mengentaskan jutaan rakyat dari kemiskinan.”
Imran Nasrullah adalah Managing Director for Business Development Golden Agri-Resources (GAR) untuk wilayah Timur Tengah, Afrika, dan Asia Selatan.
Fasih dalam Bahasa Indonesia dengan sembilan tahun pengalaman lapangan di Indonesia, termasuk tiga tahun sebagai CEO dan Direktur di Louis Dreyfus, Imran memiliki pemahaman mendalam di bidang kelapa sawit. Keahlian tersebut turut didukung oleh pengalaman bertahun-tahun dalam menghubungkan Indonesia dengan pasar Asia. Fokusnya saat ini adalah membuka peluang bagi pertumbuhan di tengah pasar yang semakin beragam dan dinamis melalui kemitraan strategis serta peluang baru di sektor agrikultur dan pangan.
Imran berpengalaman selama lebih dari 20 tahun bersama Cargill, dengan jabatan terakhir sebagai Group Director of Cargill Agricultural Supply Chain Asia Pacific dan CEO Cargill Pakistan. Di Pakistan, Imran memimpin tim perdagangan dan industri (trading and industrial) serta mengelola tata kelola dan hubungan masyarakat di perusahaan tersebut. Selain mengatur pasokan minyak kelapa sawit dan biji minyak nabati ke pasaran, beliau juga mengatur pengembangan bisnis logistik, pakan hewan, dan bisnis hilir di wilayah dinamis dan berkembang ini.
Imran adalah anggota dari Institute of Chartered Accountants di Inggris dan meraih gelar MBA dari Imperial College London. Beliau telah menduduki beberapa jabatan di Partnership for Indonesia Sustainable Agriculture (PISAgro), memberikan kontribusi pada kelompok kerja di sektor kelapa sawit dan kopi, Grow Asia Forum, World Economic Forum cabang Asia, dan Responsible Business Forum. Beliau juga adalah seorang advokat untuk keberagaman gender di industri agribisnis, dengan beberapa pengalaman memimpin sejumlah inisiatif pemberdayaan gender di sektor agribisnis Indonesia selama beliau menjabat di Grow Asia Business Council.
“Tidak ada satu pendekatan yang cocok untuk semua situasi dalam memenuhi kebutuhan di suatu wilayah yang beragam, seperti Timur Tengah, Afrika, dan Asia Selatan. Saat ini, saya fokus membangun hubungan yang mampu memenuhi kebutuhan khusus bagi mitra-mitra kami di wilayah ini serta memanfaatkan skala dan keahlian Perusahaan dalam memberikan dampak positif. Baik dengan berbagi praktik agribisnis terbaik untuk meningkatkan efisiensi dan inovasi atau membantu meningkatkan keamanan dan ketahanan pangan bagi para mitra, saya percaya bahwa Perusahaan memiliki peran yang berarti di kawasan ini serta mampu memanfaatkan peluang pertumbuhan yang ada.”