Selama tujuh bulan pertama setiap tahun, saya bergelut dengan laporan keberlanjutan. Regulator finansial Singapura dan Indonesia menerapkan batas waktu yang ketat untuk Laporan Tahunan dan Keberlanjutan. Di samping itu, kedua laporan tersebut diperlukan oleh berbagai pemangku kepentingan seperti bank, investor, dan pelanggan untuk memastikan apakah kami senantiasa menjaga komitmen keberlanjutan yang ada dalam Kebijakan Lingkungan dan Sosial GAR (KSLG). Benar-benar persoalan yang serius.

Pelaporan dan COVID-19
Pada akhir Desember tahun lalu, saat membaca tentang merebaknya penyakit radang paru-paru baru yang belum dikenal di China, tebersit sedikit kehawatiran di benak saya karena pengalaman saat menghadapi wabah SARS tahun 2003. Ketika itu, saya bahkan tidak menyangka bahwa pandemi COVID-19 akan memengaruhi seluruh aspek kehidupan kita. Namun, itulah yang kini menjadi kenyataan dalam kehidupan profesional kami. Tiba-tiba, BDR atau Bekerja dari Rumah sudah menjadi bagian dari keseharian, sebuah norma dan bukan lagi opsi yang berada di luar kebiasaan.
Bagi saya pribadi, perubahan ini tidaklah sedrastis yang mungkin dirasakan orang lain. Saya sudah terbiasa dengan BDR satu hari dalam seminggu saat musim penyusunan laporan tiba karena menjauh dari hall yang dapat mengalihkan perhatian di kantor sangat membantu untuk berkonsentrasi pada penulisan laporan.
Akan tetapi, pengerjaan Laporan Keberlanjutan (SR) tidak hanya tentang penulisan. Saya juga tidak akan mampu mengerjakan laporan ini sendirian. Ada tim lengkap yang berperan dalam proyek besar tahunan ini, termasuk kolega di Jakarta yang bertugas melacak dan memeriksa data; konsultan yang memberikan saran dan mengecek apakah pelaporan kami sudah sesuai kerangka kerja global; serta desainer yang mengurusi tata letak dan daya tarik visual pelaporan.
Tahun ini, saya juga menghadapi perubahan personel di firma desain yang bekerja sama dengan Perusahaan. Mitra kerja yang ramah dan luar biasa efisien, yang bersamanya saya telah menjalin hubungan profesional berlandaskan kepercayaan dalam empat tahun terakhir, harus pindah ke luar negeri. Saya kemudian diperkenalkan dengan account manager baru dan semula saya kira kami akan dapat menghilangkan kecanggungan setelah sering bertemu secara langsung sambil menikmati kopi dan kue bersama-sama.
Karena COVID-19, hal tersebut tak sempat kami alami.

Tips sukses
Terlepas dari pandemi, SR2019 dengan judul yang mengena, Staying the Course (atau dalam Bahasa Indonesia, Tetap di Jalur Meraih Tujuan), terbit tepat waktu dan hampir tanpa kesulitan. Ada beberapa hal yang berperan dalam proses yang relatif lancar ini.
Profesionalisme: memang, waktu respons terkadang dipengaruhi kondisi di luar kendali kami, tetapi umumnya sikap profesional semua orang yang bekerja atau berkontribusi pada SR2019 menjadi kunci keberhasilan. Kami tidak sedikit pun membiarkan pandemi global ini memengaruhi komitmen untuk mencapai hasil yang diinginkan.
Fleksibilitas: kami beradaptasi terus-menerus dengan penggunaan Zoom dan rapat-rapat daring lainnya. Untunglah, tim kami di Jakarta sudah berpengalaman melakukan komunikasi jarak jauh dengan saya di Singapura. Dan kendati saya sempat ragu apakah kami benar-benar akan dapat membahas hal terperinci terkait desain, warna, dan tata letak secara daring, pemeriksaan setiap dua minggu sekali secara daring bersama account manager baru ternyata sangat terfokus dan efisien, dan dapat saya katakan tahun ini pekerjaan kami melalui BDR lebih produktif daripada tahun-tahun sebelumnya.
Kepemimpinan: kepemimpinan juga merupakan faktor kunci keberhasilan. Berkat dorongan atasan saya, banyak hal yang telah saya lakukan secara daring, termasuk mengadakan webinar untuk briefing SR bagi pemangku kepentingan sejak tahun 2016. Awalnya, saya sempat sangsi dengan hal ini, tetapi setelah bertahun-tahun saya mendapati bahwa hal seperti webinar dapat mewujudkan efisiensi waktu dan sumber daya luar biasa, jika dilakukan dengan tepat. Hal tersebut juga dapat menjadi perangkat berharga untuk menjangkau pemangku kepentingan dari pihak eksternal maupun internal. Seluruh tim kami, sekali lagi dengan dorongan atasan, juga memanfaatkan peranti manajemen proyek daring seperti Asana. Inilah yang membuat kami mampu untuk terus mengoptimalkan pencapaian tujuan kerja secara transparan dan mudah diltelusuri di mana pun kami bekerja.
Pada intinya, pembuatan SR2019 telah membuktikan bukan masalah apakah seseorang mempraktikkan BDR atau bekerja di kantor dan bertatap muka secara langsung, karena yang terpenting adalah profesionalisme dan komitmen dalam menyelesaikan pekerjaan. Faktor tersebut, ditambah kesiapan beradaptasi dan kepemimpinan yang jelas akan membuat kita sanggup melewati pandemi global dan memasuki dunia baru di hadapan kita.
Apa sajakah manfaat pelaporan keberlanjutan? Temukan jawabannya di sini.