menu bar
close-grey

Memperingati Hari Ibu (Mother’s Day) dengan merayakan para srikandi di lapangan

Posted: May 08, 2020 3 minute read Melissa Yeoh and Beni Wijaya 381 views

Peringatan Mother’s Day sudah dekat, tetapi bagi saya tahun ini perayaannya berbeda. Untuk pertama kali, saya tidak akan merayakannya bersama Ibu.

Saya bekerja di Indonesia, tetapi keluarga saya ada di Malaysia. Karena pembatasan aktivitas perjalanan di seluruh dunia, saat ini saya terpisah dari keluarga. Sambil mengingat Ibu, saya pun mulai bertanya-tanya tentang beberapa wanita yang berkarya dalam kegiatan operasional Perusahaan di lapangan. Belum lama ini, saya baru mempelajari peran para pahlawan wanita yang berada di garda depan masyarakat setempat, sebagai perwujudan semangat gotong royong yang berarti melakukan pekerjaan bersama untuk kebaikan semua pihak.

Bu Mery – Sang Penjahit Super
Di Kalimantan Timur, ada Ibu Mery Melano Fernando yang merupakan seorang wanita penuh inspirasi. Sebagai istri salah satu manajer pabrik kelapa sawit Perusahaan, Bu Mery memimpin sekelompok wanita dalam usaha membuat masker jahit tangan yang bisa dipakai berulang-ulang dan ditujukan bagi karyawan serta warga masyarakat sejak bermulanya wabah.

Beliau memutuskan untuk menjadi sukarelawan dalam prakarsa pembuatan masker sebagai bagian dari gerakan sosial Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia. Beliau juga berperan penting dalam meningkatkan kesadaran tentang virus corona dan mengajak lebih banyak perempuan di tengah masyarakatnya untuk berpartisipasi dalam inisiatif tersebut.

Karena tinggal agak jauh dari kota, Bu Mery harus melakukan perjalanan yang cukup panjang hanya untuk mendapatkan kain sebagai bahan masker – menempuh waktu total selama sembilan jam. Coba kita bayangkan hal itu sejenak bersama-sama.

Kendati demikian, perjalanan sulit tersebut tidak menyurutkan semangatnya. Saat kembali, Bu Mery pun menggandeng 12 wanita lain dalam kelompok sukarelawannya. Beliau kemudian membagi peran sesuai keahlian masing-masing, dan menyusun perencanaan logistik sehingga jam kerja mereka pun fleksibel agar tetap dapat melaksanakan tugas sehari-hari di rumah sambil membuat masker.

Bersama kelompoknya, Bu Mery telah membuat seribu masker siap pakai untuk karyawan.

preparing-materials
Bu Mery menyiapkan bahan-bahan untuk pembuatan masker bersama seorang sukarelawan lain.
Mdm-Mery
Sosok Bu Mery dari dekat.

Sementara itu, rekan saya Beni menceritakan kisah dr. Kurnia kepada saya. Dedikasinya pada pekerjaan dan masyarakat membuat saya berurai air mata.

Dokter Kurnia – Dokter berdedikasi tinggi dan seorang ibu luar biasa

dr-kurnia
Dokter Kurnia di klinik.

Dokter Kurnia adalah dokter kami di klinik perkebunan Jakluay, Kalimantan Timur, yang juga merupakan ibu dari seorang anak balita yang masih menyusui.

Sejak wabah ini berawal, beliau harus memprioritaskan kesejahteraan warga masyarakat di sekitarnya daripada keluarga. Bersama paramedis, dokter Kurnia menghabiskan waktu berjam-jam di klinik 24 jam, dengan merawat dan mengobati pasien sejak 19 Maret lalu.

Bahkan saat istirahat pun mereka tidak pulang guna mencegah penularan virus ke anggota keluarga masing-masing. Ini adalah sebuah tantangan bagi petugas medis, terutama bagi dokter Kurnia yang harus terganggu jadwal menyusui anaknya dan terpaksa mengganti makanan dalam bentuk ASI tersebut dengan susu formula.

Yang paling membekas di hati saya adalah ketika beliau berbagi cerita bahwa tidak selamanya niat baik itu dihargai. Ada kalanya sebagian pasien tidak menghormatinya maupun paramedis yang lain. Misalnya, ketika mereka menegur pasien yang tidak memakai masker, ada sebagian yang marah dan melontarkan kata-kata menyakitkan.

Dokter Kurnia mengingatkan kita, “Profesi sebagai dokter dan paramedis mengharuskan kami untuk selalu profesional di segala situasi, termasuk ketika ada pasien yang marah. Kita harus tegas dalam menegakkan langkah-langkah terkait guna melindungi masyarakat dari penyebaran virus.”

Hingga saat ini, dr. Kurnia dan paramedis telah menangani sekitar 90 kasus yang dicurigai COVID-19, di mana 86 kasus teruji negatif dan empat kasus masih dalam pengawasan. Klinik Perusahaan juga bekerja sama dengan perkebunan lokal dalam satuan tugas khusus untuk mengawasi semua kasus yang dicurigai.

Pahlawan seperti Bu Mery dan dokter Kurnia benar-benar merupakan cerminan semangat gotong royong di lapangan. Saya yakin ada banyak lagi orang seperti mereka di luar sana, yang bekerja di garis depan, dan memastikan semua dapat bertahan di tengah pandemi – saya berterima kasih sepenuh hati kepada mereka.

Ada banyak orang yang jauh dari ibu maupun sanak keluarga mereka pada Mother’s Day atau bulan Ramadhan tahun ini (seperti halnya Beni dan saya), terutama para petugas garis depan di Perusahaan kami. Luangkan waktu untuk menunjukkan apresiasi kita kepada mereka, dan sentuh orang-orang di sekitar kita yang mungkin mengalami pergulatan serupa – kita tidak akan pernah tahu siapa yang mungkin membutuhkan kata-kata penyemangat kita.

Kirimkan salam kepada orang-orang terkasih pada bulan Ramadhan kali ini melalui media digital, meskipun Anda jauh terpisah. Unduh stiker Ramadhan kami melalui tautan ini.

Tetap up-to-date dengan berita terbaru dengan berlangganan buletin bulanan kami di sini

fb twitter linkedin mail