menu bar
close-grey

Membangun rantai pasok yang mampu ditelusuri dan bebas deforestasi di Aceh

Posted: Oct 26, 2022 7 minute read SMART 534 views

Rantai pasok yang berkelanjutan merupakan hasil upaya kolaboratif yang memastikan semua pelaku memainkan peran masing-masing di seluruh rantai nilai. Sebagai produsen minyak kelapa sawit bertanggung jawab, Sinar Mas Agribusiness and Food berinvestasi pada upaya membangun kapasitas pemasok demi meningkatkan kinerja keberlanjutannya. Pada awal tahun ini, kami bermitra dengan sesama pelaku di industri, yaitu Musim Mas, untuk memberikan pelatihan bagi 55 perwakilan pemasok (yang mencakup pekerja pabrik, pedagang, dan petani kelapa sawit) di provinsi Aceh guna memastikan:

  • Mereka mematuhi komitmen nihil deforestasi
  • Mereka mampu mencapai sasaran program sertifikasi Indonesian Sustainable Palm Oil (ISPO)
  • Mereka menerapkan Kemamputelusuran hingga ke Perkebunan (Traceability to Plantation/TTP)
capacity-building-workshop
Bulan April 2022 lalu, Perusahaan dan Musim Mas mengadakan lokakarya pengembangan kapasitas untuk memberikan pelatihan bagi 55 perwakilan pemasok (pekerja pabrik, pedagang, dan petani kelapa sawit) di provinsi Aceh

Aceh adalah rumah bagi salah satu hutan hujan tropis terkaya di Asia Tenggara – Taman Nasional Gunung Leuser (TNGL) – dan wilayah hutan lindung lainnya. Provinsi di ujung barat Indonesia ini juga merupakan lokasi sejumlah perusahaan yang memasok minyak kelapa sawit mentah ke rantai pasok internasional. Dalam film dokumenter baru di Netflix – Our Great National Parks – kita dapat menyaksikan mantan Presiden Amerika Serikat Barack Obama menyampaikan mengenai kawasan hutan yang begitu kaya akan keanekaragaman hayati ini. Semua itu mendorong produsen minyak kelapa sawit untuk menjadikan upaya membangun rantai pasok berkelanjutan yang mampu melindungi dan melestarikan kawasan hutan dan kekayaan keanekaragaman hayati di dalamnya sebagai prioritas utama.

Perusahaan telah dan akan terus memprioritaskan upayanya di Aceh dengan menjalin keterlibatan erat dengan pemasok serta mengedukasi mereka terkait praktik-praktik yang bertanggung jawab. Kami meyakini bahwa cara yang logis dan efektif untuk mewujudkan transformasi rantai pasok adalah bermitra dengan pemasok dan menggiatkan penerapan metode berkelanjutan. Meski memerlukan sumber daya dan waktu, pendekatan ini telah membuahkan hasil positif di lapangan sejak dilaksanakan pada tahun 2015. Berpedoman pada empat pilar yaitu penilaian kinerja keberlanjutan, TTP, penanganan keluhan, dan keterlibatan pemangku kepentingan, dan pengembangan kapasitas, pendekatan ini menjamin komitmen kami terhadap transformasi rantai pasok bagi pelanggan utama dan pemangku kepentingan Perusahaan.

supply chain sustainability
Pendekatan Perusahaan terhadap keberlanjutan rantai pasok di Aceh.


1. Penilaian kinerja keberlanjutan untuk proses pembelian yang bertanggung jawab

Tahap ini merupakan langkah pertama di mana kami mengevaluasi tingkat kepatuhan pemasok berdasarkan Kebijakan Sosial dan Lingkungan GAR (KSLG), mengetahui kesenjangan yang ada, dan mengidentifikasi peluang bagi pengembangan kapasitas. Biasanya, penilaian ini dilakukan melalui kunjungan lapangan, namun kunjungan tersebut untuk sementara tidak dilaksanakan sejak tahun 2020 karena pembatasan perjalanan dan kegiatan sosial yang diberlakukan pemerintah selama pandemi COVID-19. Sepanjang periode ini, kami beralih ke penilaian daring (online) melalui wawancara dalam program SMART REACH (Remote Engagement, Assessment and Conference Call from Home). Sejak tahun 2015, Perusahaan telah mengunjungi langsung operasional atau mewawancarai lebih dari 50 persen pemasok kami.

Pada triwulan pertama 2022, 100 persen dari 23 pemasok kami di Aceh telah melengkapi dan menyerahkan formulir Penilaian Mandiri Pemasok. Masukan yang mereka sampaikan menjadi bahan informasi bagi kami untuk mengadakan lokakarya pengembangan kapasitas yang diperlukan untuk memperbarui dan meningkatkan keterampilan serta pengetahuan mereka. Lokakarya di Aceh tahun ini menandai bahwa Perusahaan telah kembali mengadakan praktik keterlibatan pemasok serta lokakarya secara tatap muka.

2. Kemamputelusuran ke Perkebunan (TTP) untuk memandu PKS pemasok
Kemamputelusuran dan transparansi memungkinkan kami untuk mengidentifikasi sumber bahan baku yang digunakan. Memperoleh informasi ini dapat membantu kami melacak dan memperbaiki kelemahan serta menjawab tantangan yang muncul di sepanjang rantai pasok, dengan cara mengedukasi petani kelapa sawit tentang praktik perkebunan berkelanjutan. TTP berperan penting dalam mengurangi laju deforestasi. Aspek ini membantu PKS kami mewaspadai risiko pengadaan dari perusahaan perkebunan yang memiliki rekam jejak deforestasi.

Perusahaan menerima pernyataan TTP per kuartal dari 23 PKS pemasok yang beroperasi di Aceh. Upaya mereka untuk menjamin kemamputelusuran meningkat dari 36 persen pada 2019 menjadi 97 persen di tahun 2021. Alhasil, kami mengetahui 97 persen tandan buah segar (TBS) Perusahaan hingga ke sumbernya.

Di antara ke-23 PKS tersebut, 11 di antaranya telah mendaftar program Ksatria Sawit, yang membantu PKS mempelajari rantai pasok lebih jauh dan mengidentifikasi serta memetakan tiap petani kelapa sawit yang terlibat. Sejauh ini, 11.458 petani di Aceh telah terdaftar di database kami.

Di samping itu, 70 PKS telah terdaftar dalam Program Ksatria Sawit di seluruh rantai pasok kami di Aceh dan di provinsi lain. Sampai dengan akhir 2021, sekitar 118.000 petani kelapa sawit telah tercatat dalam database Perusahaan.

Berkat TTP, Perusahaan dapat mengendalikan rantai pasok demi menjamin pasokan minyak kelapa sawit mentah yang bebas deforestasi ke pabrik rafinasi kami.

3. Penanganan keluhan dan keterlibatan pemangku kepentingan untuk memperbaiki masalah rantai pasok
Aspek ini merupakan bagian penting dari transformasi rantai pasok yang mengharuskan pelaku usaha untuk memperhatikan dan memastikan bahwa perbaikan telah dilakukan setelah mengidentifikasi kekurangan pada rantai nilai.

Dalam lima tahun terakhir, salah satu pemangku kepentingan internasional Perusahaan yaitu Rainforest Action Network (RAN) mengidentifikasi setidaknya enam perusahaan perkebunan yang memiliki riwayat deforestasi dan berpotensi terhubung dengan PKS yang memasok bahan baku ke pabrik rafinasi kami di Belawan. Setelah menerima informasi keluhan dari RAN, Perusahaan mengerahkan tim untuk menyelidiki praktik pengadaan PKS dan melaksanakan uji tuntas (due dillligence) terhadap perusahaan perkebunan yang telah diidentifikasi. Dari hasil investigasi, Perusahaan memutuskan untuk berhenti melakukan pembelian dari perusahaan perkebunan tersebut hingga mereka dapat menunjukkan komitmen untuk tidak melakukan deforestasi. Keputusan ini berdampak positif pada rantai pasok dan reputasi Perusahaan sebagai produsen minyak sawit bertanggung jawab.

Empat dari enam perusahaan perkebunan itu – Laot Bangko, Agra Bumi Niaga, Indo Sawit Perkasa, dan Due Perkasa Lestari – telah menerapkan moratorium pengembangan lahan perkebunan baru atau komitmen untuk tidak melakukan praktik deforestasi. Saat ini, Perusahaan juga menggunakan alat citra satelit berteknologi tinggi untuk memantau kawasan hutan yang tersisa di dalam wilayah konsesi perusahaan tersebut.

Hal ini hanyalah salah satu dari sekian contoh bagaimana Perusahaan merespons masukan pemangku kepentingan sebagai bagian dari upaya membangun rantai pasok berkelanjutan.

4. Peningkatan kapasitas untuk mencapai transformasi rantai pasok yang berkesinambungan
Penting untuk membangun dan memperkuat kapabilitas segenap pelaku di sepanjang rantai pasok Perusahaan jika kami ingin mewujudkan dan menjaga rantai nilai yang kuat dan bertanggung jawab. Hal ini termasuk memberikan pelatihan dan memberdayakan petani kelapa sawit melalui praktik pertanian yang berkelanjutan dan bertanggung jawab.

Sebagian besar pemasok tidak selalu memiliki anggaran dan sumber daya untuk menerapkannya. Di Aceh khususnya, sebagian besar rantai pasok TBS terdiri dari PKS berskala kecil yang beroperasi mandiri dan puluhan ribu petani kelapa sawit. Sejak tahun 2015, Perusahaan telah menyelenggarakan 19 lokakarya peningkatan kapasitas di Aceh. Seperti lokakarya yang kami selenggarakan pada April tahun ini, pelatihan tersebut antara lain mengajarkan kompetensi inti keberlanjutan seperti sertifikasi, keselamatan, konservasi, dan kemamputelusuran.

Kami juga telah berkolaborasi dengan para mitra yang berkualifikasi – seperti Koltiva dan Mars – yang telah membantu kami dalam memberikan pelatihan bagi 1.363 petani kelapa sawit mengenai praktik pertanian dan keberlanjutan yang baik. Di masa mendatang, Perusahaan berencana untuk berinvestasi dalam penyelenggaraan setidaknya dua lokakarya tatap muka dalam setahun. Target kami adalah mengadakan pelatihan bagi 3.000 petani kelapa sawit pada akhir 2022.

5. Kerangka pelaporan yang efektif untuk kemajuan yang berkesinambungan
Mengevaluasi upaya yang dilakukan Perusahaan dan menyampaikan perkembangannya kepada pemangku kepentingan itu penting agar mereka dapat terus mengikuti komitmen berkelanjutan Perusahaan di bidang deforestasi dan gambut. Pedoman pelaporan Perusahaan – No Deforestation, No Expansion on Peat and No Exploitation Implementation Reporting Framework (NDPE IRF) – membantu pemangku kepentingan melacak kemajuan Perusahaan dalam pelaksanaan komitmen tanpa deforestasi. Laporan ini memberikan informasi tentang profil pengadaan untuk pabrik rafinasi kami berdasarkan NDPE IRF.

Dalam laporan ini, pemangku kepentingan dapat melihat berbagai persentase volume minyak kelapa sawit mentah (Crude Palm Oil/CPO) berdasarkan tingkat kinerjanya:

  • Status “delivering” dalam warna hijau menunjukkan produksi telah terverifikasi sesuai dengan komitmen tanpa deforestasi Perusahaan. Sebagai contoh, PKS Perusahaan termasuk dalam kategori ini
  • Commitment and starting action” menunjukkan status produksi di mana PKS telah berkomitmen pada komitmen tanpa deforestasi, tetapi baru memulai penerapan sistem verifikasi. Empat perusahaan perkebunan tadi (Laot Bangko, Agra Bumi Niaga, Indo Sawit Perkasa, dan Due Perkasa Lestari), misalnya, termasuk dalam kategori ini.
No deforestation
Tanpa deforestasi: Kemajuan di tingkat produksi di pabrik rafinasi kami (CPO) di Belawan

Berikut grafik yang melaporkan upaya Perusahaan di pabrik rafinasi Belawan:

  • Persentase “delivering” dalam upaya tanpa deforestasi Perusahaan telah meningkat, dari 53 persen pada tahun 2020 menjadi 63 persen di tahun 2021.
  • Melalui upaya kami untuk tidak membangun di lahan gambut, hasil yang kami capai meningkat dari 64 persen pada tahun 2020 menjadi 83,9 persen pada tahun 2021.

Profil pengadaan di pabrik rafinasi ini memberikan petunjuk bagi Perusahaan untuk memfokuskan sumber daya berdasarkan kinerja pabrik tersebut.

Pemantauan dan penilaian berkesinambungan adalah kunci untuk mencapai tujuan keberlanjutan. Melalui pendekatan kolaboratif, Perusahaan dapat berhasil menilai kepatuhan pemasok terhadap standar keberlanjutan, mengedukasi dan menggiatkan pemasok untuk menerapkan praktik bertanggung jawab terkait, dan seiring waktu memastikan keberhasilan transformasi rantai pasok dalam industri minyak kelapa sawit.

Perusahaan berperan aktif dalam memastikan transformasi rantai pasok minyak kelapa sawit yang berkelanjutan. Pelajari lebih lanjut di sini.

Jika Anda ingin mempelajari lebih lanjut komitmen Perusahaan terhadap keberlanjutan, kunjungi tautan ini.

Tetap up-to-date dengan berita terbaru dengan berlangganan buletin bulanan kami di sini

fb twitter linkedin mail