Pandemi COVID-19 yang melanda dunia internasional telah berlangsung selama beberapa bulan. Saat ini, sebagian besar orang sudah mengetahui banyak hal tentang penyakit tersebut. Namun, tidak demikian halnya di awal tahun ini ketika wabah pertama kali bermula.
Tahun Baru Imlek merupakan hari libur terbesar setiap tahun di China, tetapi tahun ini tidak ada acara kumpul keluarga, menyalakan petasan, atau perayaan meriah yang biasanya dilangsungkan. Semua perayaan dibatalkan karena mewabahnya virus corona secara tak terduga.
Pembelian yang didorong rasa panik di berbagai supermarket membuat mie instan ludes terjual. Sebagai konsumen terbesar mie instan di dunia, kelangkaan itu mengkhawatirkan warga China. Dalam situasi tidak menentu seperti itu, kami menyadari bahwa sebagai perusahaan makanan kami bertanggung jawab untuk menjaga pasokan mie dan memberikan kepastian kepada masyarakat luas.
Keluar dari tradisi berkumpul bersama keluarga di masa liburan Imlek, sebagian dari kami di tim manajemen kembali bekerja di pabrik pada hari ke-empat Tahun Baru Imlek untuk bersiap memulai kembali produksi mie instan.
Persiapan adalah kunci
Pada saat itu, hanya ada informasi awal mengenai virus ini, sehingga kami bekerja di bawah pemantauan ketat dari pejabat pemerintah Wu Gong County dan jajaran manajemen senior Sinar Mas Agribusiness and Food selama tahap persiapan. Karena mirip SARS, kami menerapkan teknik pencegahan dan pengendalian yang sama – memobilisasi perlengkapan seperti penyemprot disinfektan, pemindai suhu tubuh, alat pelindung diri, pos pemeriksaan di gerbang utama, dll.

Saya sendiri menuangkan rancangan penanggulangan wabah dalam dokumen kerja sebagai panduan bagi semua karyawan yang kembali bekerja di pabrik agar senantiasa aman. Kami juga menyiapkan formulir “pernyataan kesehatan karyawan” dan “akses pabrik” untuk mencatat pergerakan karyawan di tempat kerja. Dokumen tersebut adalah langkah-langkah pengendalian yang efektif, dan bahkan kemudian dijadikan acuan yang didukung penerapannya secara luas oleh pemerintah.
Kami dapat menyelesaikan pekerjaan di tahap persiapan dalam lima jam berkat tindakan cepat dan kerja sama tim yang baik.
Kembali bekerja
Menunjukkan rencana tindakan yang jelas untuk mencegah dan mengendalikan potensi penyebaran virus di tempat kerja adalah poin kunci bagi pemerintah dalam memberi kami persetujuan untuk melanjutkan produksi. Sebelum kembali bekerja pada hari kelima Tahun Baru Imlek, semua karyawan harus mengikuti pelatihan komprehensif untuk membiasakan diri dengan persyaratan baru kegiatan produksi di masa pandemi.
Perusahaan mengadopsi metode “manajemen tertutup” selama 50 hari, di mana semua karyawan yang kembali bekerja harus tinggal di area pabrik. Langkah ini ditempuh untuk meminimalkan risiko terpapar virus di luar, dalam rangka memastikan karyawan agar tetap sehat. Itu tidak mudah, tetapi semua orang menjaga kepercayaan diri bahwa hal itu bisa dilakukan sebagai bagian dari bakti mereka pada masyarakat. Metode manajemen tertutup terbukti efektif seiring catatan nol kasus penyakit ini di tempat kerja, meskipun infeksi meningkat di tempat lain. Manajemen tertutup nantinya juga diberlakukan secara wajib oleh pemerintah di semua kawasan industri.

Guna memastikan produksi makanan yang aman, tidak ada yang namanya terlalu berhati-hati; kehati-hatian itu mutlak perlu. “Selalu pakai masker, cuci tangan sesering mungkin, dan selalu lakukan disinfeksi” – itulah mantra karyawan kami dan persyaratan dasar untuk perlindungan kita bersama. Langkah-langkah yang ditempuh perusahaan meliputi:
- Memakai masker kain dengan lapisan tambahan berupa masker bedah sebagai pelindung
- Pengukuran suhu tubuh 4x sehari
- Menempatkan ‘karpet disinfeksi’ khusus di area dengan banyak aktivitas
- Melengkapi kantin dengan wastafel disinfektan untuk cuci tangan
- Menambah ventilasi udara di area kerja
Meski sangat berfokus pada pencegahan dan pengendalian, kami tetap mencurahkan perhatian besar pada target produksi. Dalam periode 50 hari kerja lembur untuk produksi itu (29 Januari-18 Maret 2020), pabrik Xianyang memproduksi 30 juta bungkus mie instan untuk memenuhi kebutuhan pasar lokal.

Bangga menjadi bagian dari perusahaan yang peduli
Sebagai perusahaan lokal pertama di Xianyang yang melanjutkan produksi di tengah pandemi, Sinar Mas Agribusiness and Food menjadi contoh bagi banyak kalangan yang ingin memulai kembali kegiatan usahanya. Kami juga didekati sejumlah media di tingkat provinsi, kota, dan distrik untuk berbagi pengalaman.

Saya sangat tersentuh (juga begitu terkesan) ketika tim kami di China menerima dukungan produk pelindung seperti masker, disinfektan, dan alat pelindung diri lain dari kantor Sinar Mas Agribusiness and Food di luar negeri. Tim kami luar biasa senang, dan saya ingat saya pada saat itu merasa luar biasa bangga menjadi karyawan perusahaan.
Pandemi ini masih jauh dari kata selesai, tetapi kami telah belajar banyak hal dari kejadian ini. Kini aturan telah menjadi kebiasaan baik sehari-hari yang akan sangat bermanfaat bagi kesehatan dan pengembangan karyawan maupun perusahaan secara berkelanjutan. Mengingat perjalanan selama pandemi ini, saya benar-benar senang dapat berkontribusi sebagai anggota keluarga besar Sinar Mas Agribusiness and Food di China.
Pelajari lebih lanjut tentang respons kami terhadap pandemi COVID-19 secara global di sini

Su Shao Feng adalah Plant Manager Sinar Mas Agribusiness and Food di Xianyang. Beliau telah bekerja bersama perusahaan selama 29 tahun di berbagai posisi, dan saat ini bertanggung jawab mengawasi produksi mie instan merek Huafeng. Kontribusi Shao Feng telah diakui di Kota Xianyang – ia dianugerahi penghargaan “Pembangun Kepedulian Sosial yang Luar Biasa untuk Sektor Swasta (Outstanding Builder for Socialist Causes (Private Sector))” pada 2015, dan “Pekerja Panutan” satu tahun berikutnya (2016).