menu bar
close-grey

Apa tren minyak kelapa sawit yang harus diperhatikan pada 2022?

Posted: Dec 31, 2021 4 minute read SMART 3003 views

Dua tahun terakhir telah menjadi waktu yang menantang bagi dunia usaha karena pandemi COVID-19. Saat pandemi COVID-19 belum berakhir, disusul dengan kabar baik mengenai vaksin dan booster, setidaknya ada titik terang di ujung masalah yang dihadapi bersama, dan berharap bahwa 2022 akan menjadi lebih baik.

Menjelang akhir 2021, inilah saatnya untuk melihat empat tren minyak kelapa sawit yang harus diperhatikan pada tahun mendatang.

1. Produksi minyak kelapa sawit lebih baik pada 2022 dibandingkan 2021
Indonesia dan Malaysia telah mendominasi produksi minyak kelapa sawit global sejak 1980. Berdasarkan data pada 2020, Indonesia menyumbang 60 persen dan Malaysia menyumbang 24 persen dari minyak kelapa sawit yang dihasilkan, dan secara kolektif menyumbang 84 persen dari pasokan minyak kelapa sawit global.

Bagaimana prediksi 2022 untuk produksi minyak kelapa sawit? Menurut Oil World, produksi empat minyak nabati global yaitu minyak kelapa sawit, minyak bunga matahari, minyak kedelai, dan minyak rapeseed , diperkirakan meningkat tujuh juta ton pada 2021/2022, pertumbuhan tertinggi dalam empat tahun.

Lembaga Penelitian Kelapa Sawit Indonesia/ Indonesia Oil Palm Research Institute (IOPRI) memastikan bahwa produksi minyak kelapa sawit Indonesia akan menunjukkan tren positif untuk tahun depan. Dilaporkan bahwa produksi CPO (Crude Palm Oil/ minyak kelapa sawit mentah) nasional akan naik 2,1 persen menjadi 49,4 juta ton pada 2022 dibandingkan dengan produksi pada 2021 yang mencapai 48,4 juta ton.

2. Makanan berbahan nabati dan diet akan meningkat
Selama beberapa tahun terakhir, semakin banyak konsumen yang memilih makanan berbahan nabati dan diet. Pergeseran ini didorong oleh meningkatnya kesadaran akan kesehatan dan lingkungan. Data dari Plant-Based Foods Association menunjukkan bahwa penjualan makanan nabati di Amerika Serikat meningkat 27 persen pada 2020 dan membawa total nilai pasar menjadi US$7 miliar.

Pesatnya pertumbuhan dan popularitas produk nabati membuat negara-negara seperti Cina, India, Jepang, dan Amerika Serikat menerapkan peraturan tentang produk nabati. Berdasarkan analisis kami, negara-negara tersebut memiliki persyaratan umum yang serupa seperti produk tidak mengandung bahan yang berasal dari hewan dan semua bahan harus mematuhi peraturan atau standar keamanan pangan yang ditentukan. Pada pelabelan, setiap negara memiliki persyaratan yang berbeda. Misalnya, Cina mengharuskan untuk menyematkan kata “tanaman” atau “berbasis tanaman”, pada produk. Sedangkan Jepang mewajibkan untuk memasukan nama bahan baku yang digunakan ke dalam label sebagai nama umum. Jika makanan tersebut berbahan dasar kedelai, maka akan digunakan nama bahan baku “soybeans”.

margarin-testing
Pengujian margarin di Pusat Penelitian dan Pengembangan (Litbang) Marunda.

Sinar Mas Agribusiness and Food tidak hanya berfokus pada peningkatan hasil di lapangan tetapi juga berupaya menciptakan produk makanan yang lebih baik bagi konsumen. Meningkatnya minat konsumen pada makanan nabati mendorong tim Litbang kami memiliki konsep baru untuk memenuhi persyaratan tersebut. Pusat Litbang Perusahaan di Marunda memungkinkan Perusahaan untuk mengembangkan varian makanan ringan nabati yang lebih sehat, lezat, dan bergizi bagi para konsumen.

3. Undang-undang Uni Eropa (UE) tentang kemamputelusuran
Kemamputelusuran telah menjadi daftar keinginan bagi banyak pelaku rantai pasok industri agrobisnis selama bertahun-tahun. Pada November 2021, Komisi UE mengusulkan persyaratan bagi operator dan pedagang Eropa untuk komoditas berisiko deforestasi agar mencapai dan menyerahkan plot kemamputelusuran hingga ke perkebunan atau pertanian untuk setiap pengiriman. Uni Eropa bermaksud untuk menerapkan rantai pasokan komoditas bebas deforestasi untuk melindungi hutan dunia, mengurangi emisi gas rumah kaca (GRK), dan mencegah hilangnya keanekaragaman hayati. Jika semua pihak setuju dengan proposal tersebut pada awal 2023, undang-undang tersebut akan mulai berlaku pada 2024. Tidak hanya UE, Inggris dan Amerika Serikat juga sedang mempersiapkan undang-undang untuk mengatasi deforestasi terkait dengan produksi komoditas pertanian.

Sinar Mas Agribusiness and Food berkomitmen untuk memastikan bahwa operasi kelapa sawit Perusahaan bebas deforestasi, dapat ditelusuri, dan memberdayakan komunitas sejalan dengan Kebijakan Sosial dan Lingkungan GAR (KSLG). Semua pemasok pihak ketiga juga harus mematuhi kebijakan tersebut. Dalam beberapa tahun terakhir, kami telah bekerja sama dengan para pemasok kami untuk menyelesaikan proyek Traceability to the Plantation/kemamputelusuran hingga ke perkebunan (TTP). Hingga saat ini, kami telah mencapai 95 persen TTP untuk rantai pasok kelapa sawit kami.

4. Indonesia berkomitmen pada COP26
Pada COP26 tahun ini, Presiden Indonesia Joko Widodo (Jokowi) mengumumkan komitmen Indonesia untuk mengubah sektor hutan dan tata guna lahan/ forest and land-use (FOLU) menjadi penyerapan karbon bersih/net carbon sink pada 2030.

Untuk membantu mewujudkan komitmen tersebut, Presiden Jokowi menandatangani Peraturan Presiden Nomor 98 Tahun 2021 tentang Nilai Ekonomis Karbon pada Oktober lalu. Regulasi tersebut akan mendorong pengembangan sistem perdagangan emisi, karbon offset, instrumen cap-and-tax karbon, dan mekanisme pembayaran berbasis hasil di Indonesia. Hal ini juga memberikan langkah-langkah korektif dan kejelasan bagi pengembang proyek karbon dan pemangku kepentingan dari pasar karbon internasional yang ada maupun yang akan datang.

collecting-sample
Pengambilan sampel untuk studi emisi GRK di salah satu perkebunan kami.

Sinar Mas Agribusiness and Food memandang bahwa aksi terhadap iklim sebagai prioritas dan kami mendukung Pemerintah Indonesia dalam mencapai penyerapan karbon bersih sektor hutan dan tata guna lahan pada 2030. Kami menyadari bahwa emisi yang dihasilkan dari perubahan penggunaan tata guna lahan dan budidaya adalah salah satu dampak paling signifikan bagi industri agrobisnis mana pun. Salah satu cara kami berkontribusi untuk menghindari emisi adalah melalui konservasi 78.000 hektar kawasan Stok Karbon Tinggi (SKT) dan Nilai Konservasi Tinggi (NKT). Sejak awal 2020, kami juga telah menerapkan penggunaan pupuk urea berlapis, yang selanjutnya berkontribusi pada pengurangan emisi GRK.

Pandemi COVID-19 telah mengubah cara kerja kita. Di Sinar Mas Agribusiness and Food, kami harus cepat beradaptasi dengan situasi dan terus meningkatkan kemajuan untuk mencapai target dan mengubah rantai pasokan Perusahaan. Kami telah menginvestasikan melalui teknologi dan pemanfaatan sistem daring (online) untuk implementasi inisiatif ini. Webinar online dan SMART REACH (SMART Remote Engagement, Assessment and Conference (call) from Home) adalah beberapa contohnya. Dengan sistem yang tepat, kami percaya bahwa dapat mencapai tujuan Perusahaan menuju industri minyak kelapa sawit yang lebih berkelanjutan.

Baca tentang kemajuan keberlanjutan kami dan komitmen masa depan dalam Laporan Keberlanjutan terbaru Perusahaan di sini.

Tetap up-to-date dengan berita terbaru dengan berlangganan buletin bulanan kami di sini

fb twitter linkedin mail