menu bar
close-grey

RBF 2018: Bantu petani kelapa sawit dalam wujudkan hapus kelaparan (zero hunger) sesuai SDG

Posted: May 02, 2018 4 minute read SMART 2188 views

Pidato ini pertama kali disampaikan Chairman dan CEO Golden Agri-Resources Franky Widjaja dalam Responsible Business Forum/RBF 2018 di Jakarta, pada 27 Maret 2018 dan mengalami sedikit perubahan untuk menyesuaikan isi blog.

Tema RBF 2018 di Jakarta adalah Scaling Collaboration to deliver the Sustainable Development Goals (SDGs/ Tujuan Pembangunan Berkelanjutan).

SDG memiliki kerangka kerja yang positif – yaitu Memberantas Kemiskinan dan Kelaparan serta Konsumsi dan Produksi yang Bertanggung Jawab – semua ini adalah hal yang bisa kita sepakati. Merupakan suatu hal yang membanggakan bahwa banyak dari kita yang dapat mencurahkan waktu dan energi untuk membahas SDG dan menyampaikannya dalam konferensi seperti ini.

Namun, pertanyaannya adalah apa yang kita capai? Apa ukuran keberhasilan kita? Dan mungkin pertanyaan terbesar di benak setiap orang – Mengapa kita tidak mendapatkan hasil yang kita inginkan, secepat yang kita kehendaki?

Saya tahu Anda juga memiliki kepedulian yang sama seperti saya untuk kebaikan Ibu Pertiwi.

Kita menghirup udara yang sama, darah kita sama merahnya, kita semua lahir dari seorang ibu bukan ayah – tidak ada perbedaan di antara kita.

Mengapa kita terus berbicara, namun hanya mencatat sedikit kemajuan?

Saya percaya kurangnya kemajuan ini adalah karena kita memiliki ekspektasi yang berbeda.

Kita tidak mempunyai pokok panduan bersama, tidak memiliki ukuran yang sama, tidak menetapkan ekspektasi yang sama. Untuk mencapai kemajuan, kita perlu mengubah pendekatan kita. Kita perlu mencapai pemahaman bersama.

pak-fow
Chairman dan CEO GAR Franky Widjaja saat berbicara dalam RBF 2018 di Jakarta, 27 Maret 2018. Kredit foto: © Global Initiatives.

Keberlanjutan hanya dapat terwujud bila ada keseimbangan antara peluang ekonomi, pelestarian lingkungan, dan kesejahteraan sosial. Jika Anda tidak melindungi sumber penghasilan masyarakat, pada gilirannya mereka tidak akan menjaga lingkungan hidup.

Perusahaan besar dapat mengikuti peraturan pemerintah dan memberikan nilai tambah melalui inisiatif yang ditempuh. Namun di sisi lain, petani kelapa sawit akan menghadapi tantangan yang jauh lebih besar – mereka dapat memenuhi persyaratan pemerintah tetapi kurang mendapatkan dorongan atau pemberdayaan untuk berbuat lebih.

Inilah permasalahan utama yang harus diatasi. Untuk mencapai ketahanan pangan, Anda harus membuka peluang ekonomi fokus dalam memfasilitasi petani kelapa sawit.

Mari berbicara tentang ketahanan pangan dari aspek yang paling praktis:

Pada tahun 2050, akan ada 10 miliar penduduk dunia yang perlu makan. Berbagai estimasi memperkirakan hal itu, artinya perlu 200,25 juta ton minyak nabati lagi untuk membantu menyediakan pangan bagi mereka.

Dari mana kita memperolehnya? Apa yang Anda putuskan akan menentukan masa depan lingkungan yang akan kita miliki.

Jika Anda memilih minyak kedelai, Anda akan butuh 445 juta hektar lahan pertanian. Di sisi lain, hanya perlu 40 juta hektar lahan perkebunan jika kita memilih minyak kelapa sawit.

Itulah mengapa petani kelapa sawit harus didukung untuk menjadi bagian dari solusi hal ini. Jika minyak kelapa sawit belum dapat memenuhi harapan terkait keberlanjutan, apa yang harus kita lakukan? Apakah kita lalu memboikot produk mereka? Apakah itu hal yang tepat untuk dilakukan?

 

Kita memiliki kewajiban dalam membantu petani kelapa sawit menjadi bagian dari solusi

Kita harus membantu masyarakat kita yang rentan – petani kelapa sawit – sehingga mereka dapat membantu kita menyediakan pangan bagi masyarakat dunia.

Saya mengundang hadirin sekalian untuk mencurahkan gagasan tentang bagaimana kita dapat menciptakan platform untuk memberdayakan petani kelapa sawit – melalui pendampingan (yang dapat diterjemahkan lebih luas menjadi “bergandengan tangan”).

Petani kelapa sawit mengalami kerentanan dalam empat bidang utama, yaitu:

  1. Pelatihan dalam praktik pertanian yang baik
  2. Disiplin – dalam menerapkan praktik perkebunan yang baik dan dalam mengelola bisnis mereka.
  3. Akses pasar
  4. Inklusi keuangan – akses pinjaman untuk membantu mereka menerapkan praktik yang lebih baik, membeli input bahan berkualitas seperti bibit unggul

Sektor minyak kelapa sawit sawit telah menunjukkan bahwa melalui pendampingan, petani kelapa sawit dapat mengadopsi lebih banyak praktik bertanggung jawab, mencapai produktivitas yang lebih tinggi, dan memperoleh penghasilan lebih besar.

img-02-rbf
Acara pembukaan RBF 2018 yang mengangkat tema Pangan dan Pertanian di Jakarta. (Dari kiri ke kanan): Indonesian Business Council for Sustainable Development dan Wakil Ketua Kamar Dagang & Industri Indonesia (KADIN),Shinta Kamdani; Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Republik Indonesia, Darmin Nasution; Chairman dan CEO GAR, Franky Widjaja; dan CEO Global Initiatives,Tony Gourlay.

Pada KTT Ketahanan Pangan Jakarta yang berlangsung pada 8-9 Maret lalu, dan bersama PISAgro, kami mempromosikan model dukungan bagi petani kelapa sawit. Di bulan Januari, Presiden Jokowi mengumumkan dimulainya kampanye untuk memberikan jutaan sertifikat tanah kepada petani kelapa sawit – ini sangat penting dalam rangka memperoleh akses keuangan guna mendapatkan pinjaman. Selain itu, Badan Pengelola Dana Perkebunan (BPDP) Kelapa Sawit telah menyediakan dana yang memadai untuk mendukung penanaman kembali secara mandiri di tahun 2018.

Terima kasih saya ucapkan kepada Pak Darmin dan Pemerintah Indonesia atas dukungan yang diberikan pada inisiatif untuk memberdayakan petani kelapa sawit kita ini.

Selanjutnya, izinkan saya untuk mengajukan tantangan berikut bagi kita semua: Mari kita tentukan pokok panduan yang dapat kita gunakan untuk mengambil pendekatan bersama terhadap berbagai hal dengan pemahaman bersama dan konsisten. Mari kita perjelas cara mengukur kesuksesan, sehingga pada tahun 2030 pencapaian SDG dapat diukur dengan jelas.

Jika tidak menetapkan kejelasan terkait tujuan yang ingin kita capai bersama, dengan seperangkat ekspektasi bersama dan jalur praktis ke masa depan, maka yang ada hanyalah kita akan bicara dan terus bicara.

Saya senang banyak orang yang berdedikasi terlibat dalam percakapan untuk melindungi Bumi Pertiwi. Kini saatnya bagi kita untuk bertindak. Terima kasih.

Pelajri lebih lanjut cara GAR menjalin kerja sama dengan petani kelapa sawit di tautan ini.

Tetap up-to-date dengan berita terbaru dengan berlangganan buletin bulanan kami di sini

fb twitter linkedin mail