menu bar
close-grey

Postcards from the Field: Sehari di SMART Research Institute

Posted: Nov 08, 2016 2 minute read Clairie Ng 1203 views

Di tulisan ketiga Postcards from the Field, Clairie menceritakan pengalamannya berkeliling SMART Research Institute (SMARTRI).

Saya tidak tahu apakah ini ciri khas cuaca Indonesia, tetapi saya menyadari bahwa di mana pun saya berada: di vila tepi pantai Bali, di pegunungan Medan, atau di tengah perkebunan sawit Riau, pagi di Indonesia terasa hampir sama. Pagi yang cerah diawali dengan siluet dedaunan hijau, dibingkai dengan kabut tebal yang mengaburkan pemandangan. Kami sarapan dengan salak, pisang, telur mata sapi, dan mi goreng. Sarapan diiringi cericip burung dan serangga tropis yang bersahutan mengingatkan bahwa kami sedang berada di jantung hutan hujan tropis. Kami berangkat mengunjungi SMARTRI LIBO, pusat penelitian yang dipimpin oleh seorang peneliti dari Prancis, Pak JP Caliman.

Sinar Mas Agribusiness and Food mengeluarkan dana Litbang yang besar dan di SMARTRI mereka bekerja mengatasi masalah seperti peningkatan produktivitas pohon kelapa sawit hingga pengembangan metode pertanian kelapa sawit berkelanjutan.

Para peneliti SMARTRI
Para peneliti SMARTRI

Kami kemudian mengikuti presentasi tentang produktivitas dan manfaat kelapa sawit dan mendengarkan penjelasan singkat mengenai berbagai proyek penelitian. Para peneliti terlihat untuk melakukan berbagai penelitian, misalnya, varietas mana yang perlu disilangkan untuk mendapatkan varietas kelapa sawit unggulan; jumlah emisi karbon dari perkebunan kelapa sawit; dan daur nutrisi di perkebunan kelapa sawit. Dalam satu hari, kami diajak untuk melihat semua proyek-proyek penelitian ini.

Kemudian kami didampingi untuk mengunjungi seorang peneliti yang memiliki minat dalam pengukuran fluktuasi karbon di perkebunan kelapa sawit. Ini membantu menilai potensi perkebunan kelapa sawit dalam menyerap karbon yang dapat membantu memitigasi perubahan iklim.

Saya senang dapat mengetahui metodologi yang digunakan serta melihat peralatan yang sebelumnya hanya saya dengar namanya saat kuliah saja di universitas Cornell. Mengukur kadar pelepasan CO2 terdengar sangat abstrak serta aneh rasanya menyaksikan bahwa pohon-pohon kelapa sawit di sana sedang bernapas. Karena ingin melihat lebih dekat, saya menyambut tawaran untuk naik ke menara tempat peralatan tersebut disimpan. Karena peralatan harus berada di atas kanopi, saya merasa ngeri saat memanjat naik ke atas. Tetapi karena ketertarikan saya pada peralatan tersebut dan didukung oleh keinginan mendapatkan obyek foto yang bagus, saya dapat mencapai titik tertinggi yaitu sebuah balkon persegi kecil berukuran 1m x 1m. Peralatan tersebut ternyata jauh dari yang saya bayangkan. Setiap peralatan berukuran lebih kecil dari panjang lengan saya dan statis, kecuali penunjuk arah angin yang berputar. Kekecewaan saya lenyap saat menyaksikan lautan tanaman kelapa sawit dari segala penjuru. Saya menarik napas dalam-dalam mengisi paru-paru dengan oksigen karena saat itu siang hari dan tanaman sedang berfotosintesis.

Ikuti bagian berikutnya setelah Clairie selesai berkeliling SMARTRI

Tetap up-to-date dengan berita terbaru dengan berlangganan buletin bulanan kami di sini

fb twitter linkedin mail