Produksi pangan berkelanjutan, termasuk minyak kelapa sawit, telah menjadi prioritas di Indonesia dan negara-negara lainnya. Hal ini terjadi bersamaan dengan kesepakatan negara-negara di dunia untuk menjaga kenaikan suhu global di bawah 1,5 derajat Celsius akibat efek pemanasan global yang semakin memburuk.
Indonesia telah menyerahkan dokumen Peningkatan Kontribusi yang Ditetapkan Secara Nasional (Enhanced Nationally Determined Contribution/ENDC) pada bulan September 2022. Indonesia merupakan salah satu dari 29 negara yang menyerahkan dokumen ENDC sebelum COP27 diselenggarakan pada November 2022. Negara kepulauan terbesar di dunia ini tetap berkomitmen untuk mengurangi emisinya hingga 43,2 persen secara kondisional di tahun 2030.
“Indonesia telah mengambil langkah signifikan di sektor penggunaan lahan untuk mengurangi emisi dengan menetapkan moratorium terhadap perizinan baru dan perbaikan tata kelola hutan alam primer dan lahan gambut dan dengan mengurangi deforestasi serta degradasi hutan, memulihkan fungsi ekosistem, serta pengelolaan hutan secara berkelanjutan,” tulis laporan ENDC yang diterbitkan di bulan yang sama.
Komitmen Indonesia dan negara lainnya untuk mengurangi emisi menjadi semakin mendesak seiring dengan meningkatnya kebutuhan akan penanganan perubahan iklim. Komitmen ini penting tidak hanya untuk alasan iklim, tetapi juga untuk krisis global lainnya seperti krisis pangan.

Bagaimana produksi pangan berkelanjutan – termasuk minyak kelapa sawit – menjadi sangat penting dalam membangun rantai pasok dan komoditas pangan yang tahan dan tangguh terhadap perubahan iklim?
Peran minyak sawit dalam perubahan iklim
Dr Götz Martin, Director of Sustainability and Strategic Projects kami, menjelaskan bahwa industri kelapa sawit “berada di posisi yang sangat baik di semua aspek-aspek ini”.
“Kami telah menjadi pemimpin dalam gerakan ‘tanpa deforestasi’ secara global dibandingkan dengan komoditas lain,” ujarnya.
“Manusia tidak bisa terus membuka hutan dan menanam lebih banyak dengan cara yang relatif tidak efisien. Kita perlu menggunakan lebih sedikit dan memastikan area yang kita gunakan sangat efisien.”
Portal statistik global Statista menemukan penggunaan minyak kelapa sawit di seluruh dunia sepanjang tahun 2021/2022 mencapai lebih dari 73 juta metrik ton.
Peran Perusahaan dalam mencapai sistem pangan cerdas iklim
Sinar Mas Agribusiness and Food adalah perusahaan kelapa sawit pertama yang menerapkan Kebijakan Konservasi Hutan (Forest Conservation Policy/FCP) pada tahun 2011. Kami telah berupaya meningkatkan praktik berkelanjutan kami sendiri dan melibatkan mereka yang ada di industri kelapa sawit selama dua dekade terakhir.
Perkebunan kelapa sawit memanfaatkan setiap bagian tanaman, termasuk semua limbah yang dihasilkan dari pengolahan tandan buah segar menjadi minyak sawit mentah atau CPO. Perusahaan memanfaatkan biomassa ini dan mengembalikannya ke lahan sebagai pupuk.
Tindakan ini memberikan berbagai manfaat bagi lingkungan: meningkatkan kadar karbon tanah dari waktu ke waktu dan memperbaiki tekstur tanah, kelembapan, dan keanekaragaman hayati. Langkah ini serupa dengan apa yang digambarkan beberapa ilmuwan sebagai “pertanian regeneratif”.
Selain itu, kami melindungi setidaknya 79.900 hektar area dengan Nilai Konservasi Tinggi (HCV) dan hutan Stok Karbon Tinggi (HCS) di bawah Kebijakan Konservasi Hutan kami. Lebih dari 1.100 hektar lahan juga telah kami tanami sebagai bagian dari proyek rehabilitasi ekosistem gambut.

Melalui Kebijakan Sosial dan Lingkungan GAR (KSLG), kami mewajibkan pemasok untuk mematuhi komitmen pengelolaan lingkungan, sosial dan masyarakat, hubungan industrial, serta rantai pasok. Pengalaman kami dalam menerapkan komitmen ini dalam operasi kami sendiri memungkinkan kami berbagi pemahaman dengan para pemasok untuk membantu mereka menerapkan praktik serupa dalam operasi mereka.
Tahun ini, kami bergabung dengan 13 perusahaan agribisnis lainnya untuk mendukung Agriculture Sector Roadmap menuju 1,5 derajat Celsius, sebuah inisiatif lintas industri yang terdiri dari produsen kelapa sawit, kedelai, dan ternak yang menyusun rencana bersama untuk mengurangi emisi terkait dengan perubahan penggunaan lahan.
Di dalam roadmap tersebut, terdapat tiga pilar kegiatan, yaitu mempercepat aksi rantai pasok untuk mengurangi emisi dari perubahan penggunaan lahan, mendorong transformasi lanskap penghasil komoditas, dan mendukung transformasi sektor yang positif bagi hutan.
Dr. Götz menambahkan, “Kami adalah salah satu produsen dan penjual minyak kelapa sawit terbesar, jadi kami memiliki dampak langsung yang signifikan terhadap rantai pasok global”.
Beliau mengatakan perlu adanya penyesuaian sisi produksi jika perusahaan ingin menjadi produsen pangan yang cerdas iklim.
“Dari perspektif cerdas iklim, sangat penting untuk mengantisipasi adaptasi. Suka atau tidak suka, perubahan iklim akan datang,” tuturnya.
—
Perusahaan berperan aktif dalam memastikan transformasi rantai pasok minyak kelapa sawit yang berkelanjutan. Pelajari lebih lanjut di sini.
Jika Anda ingin mempelajari lebih lanjut tentang komitmen Perusahaan terhadap keberlanjutan, kunjungi tautan ini.
—