Di Tulisan Bagian Pertama “Postcards from the Field”, karyawan magang PT SMART sekaligus mahasiswa Ilmu Lingkungan, Clarie Ng, mengunjungi Libo, Riau dan bertemu dengan beberapa petani plasma.
Perjalanan saya dimulai dengan penerbangan selama satu setengah jam dari Jakarta ke Pekanbaru. Di Indonesia, mengunjungi perkebunan kelapa sawit membutuhkan kesabaran tinggi, daya tahan prima, dan kemampuan untuk tidur saat berkendara di jalan bergelombang – suatu keahlian yang untungnya saya miliki. Kami berhenti untuk bermalam di Pekanbaru dan bersiap-siap melanjutkan perjalanan keesokan harinya.
Kunjungan lapangan ini sebenarnya dilakukan untuk memperkenalkan sebuah perusahaan minyak Prancis, TOTAL, pada cara kerja minyak sawit berkelanjutan dengan harapan meyakinkan mereka untuk menjadi mitra PT SMART. Tepat pukul 7 pagi, kami menjemput tim TOTAL dari bandara.
Di dalam mobil, Pak Gotz, Head of Upstream Sustainability PT SMART, bercerita tentang tantangan yang dihadapi oleh industri kelapa sawit berkelanjutan. Tantangan ini termasuk tekanan terus-menerus dari LSM-LSM untuk bertindak melampaui tujuan keberlanjutan yang telah tercapai saat ini. Masalahnya, sebagian diantara mereka kurang sabar menunggu sampai kebijakan keberlanjutan yang ada membuahkan hasil dan tergesa-gesa mengajukan tuntutan dan permintaan lain. Pak Gotz mengatakan bahwa LSM perlu membiasakan diri dengan kenyataan di lapangan sebelum menyampaikan tuntutan lainnya. Sebagai orang yang dibesarkan di kepulauan Indonesia yang luas ini, saya setuju dengan pendapat beliau. Bepergian ke perkebunan saja sudah menjadi tantangan yang besar, apalagi menerapkan, menguji, dan memantau kebijakan keberlanjutan yang baru.
Agenda pertama kami adalah menemui petani dalam skema plasma PT SMART. Skema ini merupakan program kerja sama petani di mana petani kecil beroperasi di bawah manajemen PT SMART. PT SMART membagikan benih dan keahlian dari spesialis pertanian kepada mereka. Para petani ini kemudian membudidayakan Tandan Buah Segar kelapa sawit yang nantinya mereka jual ke PT SMART.
Manfaat utama dari skema ini adalah terjadinya peningkatan produktivitas yang tinggi karena perkebunan kelapa sawit milik petani kecil umumnya berproduktivitas rendah, kurang sehat, atau tua. Berdasarkan skema tersebut, mereka melakukan penanaman kembali menggunakan varietas kelapa sawit dari PT SMART yang memberikan hasil yang baik dan konsisten. Untuk penanaman kembali, tanaman yang tua dan tidak sehat ditebang dan dipangkas menjadi serpihan kayu sepanjang 15 cm sebelum ditempatkan di antara tanaman yang baru ditanam sebagai pupuk organik dan menjaga kelembaban tanah.

Kacang-kacangan dan pakis ditanam secara strategis di lahan baru untuk memberi makan tanah untuk siklus tanaman berikutnya. Tanaman-tanaman ini membantu fiksasi nitrogen dalam tanah dengan cara menangkap gas nitrogen dan mengubahnya menjadi nitrogen organik yang dapat diserap dan diasimilasi oleh tanaman kelapa sawit. Singkatnya, skema plasma mengubah lahan yang sudah digunakan untuk kelapa sawit menjadi perkebunan yang lebih produktif melalui keahlian dan praktik agronomi yang lebih baik. Dari perspektif ekonomi makro, semakin banyak Minyak Sawit Mentah (CPO) yang dapat diproduksi tanpa merusak hutan, semakin banyak pula pendapatan yang dihasilkan sembari menjaga keutuhan hutan.
Kami istirahat makan siang di mes perusahaan di Libo (akomodasi kami pada malam hari). Saya telah mempersiapkan diri untuk suasana pedesaan yang serba berkekurangan. Tetapi saya lega, ternyata ‘mes’ perusahaan tersebut tak ubahnya sebuah vila. Mes tersebut memiliki perabot lengkap dengan lebih dari 10 kamar tamu, ruang tamu yang luas, dan tiga meja makan. Pak Gotz, tim TOTAL dan saya sangat menikmati menu makanan Indonesia, dengan bersemangat sebagai rasa syukur atas keberuntungan kami mengikuti perjalanan ini. Di samping itu, menyenangkan rasanya melihat orang-orang Prancis berani mencoba buah salak dan pisang Indonesia untuk pertama kalinya. Apresiasi yang mereka tunjukkan membuat saya bangga memiliki darah Indonesia.
Ikuti terus perjalanan Clarie di seri “Postcards from the Field” berikutnya.