menu bar
close-grey

Postcards from the Field: Kunjungan Lapangan ke SMARTRI Bagian 2

Posted: Nov 18, 2016 2 minute read Clairie Ng 582 views

Dalam seri tulisan Postcards from the Field kali ini,Clairie melanjutkan kisahnya saat berkunjung ke SMARTRI dan belajar lebih banyak tentang proyek penelitian yang membantu meningkatkan produktivitas sawit

Setelah melihat peralatan CO2 yang digunakan, kami melanjutkan kunjungan ke proyek penelitian selanjutnya, yang melibatkan siklus biogeokimia dari unsur hara di kebun. Untuk memasukannya ke dalam istilah awam: berapa kandungan nitrogen dan fosfor di dalam tanah pada suatu periode tertentu; kapan dan berapa banyak gas yang dilepaskan dalam dekomposisi pupuk; dan, satu hal yang menarik, berapa biaya yang dihemat Sinar Mas Agribusiness and Food melalui proses biogeokimia ini.

Pemimpin upaya penelitian ini adalah dua perempuan menakjubkan yang mendalami bidang (yang menurut saya merupakan makhluk hidup paling tidak menarik), sebagaimana dosen biogeokimia saya dulu pernah katakan dengan penuh semangat,yaitu mikro organisme. Mikro organisme tersebut adalah kunci utama yang menggerakkan daur ulang biogeokimia di dalam tanah. Mikro organisme memecah nutrisi organik ke dalam bentuk yang dapat dimanfaatkan kembali oleh pohon sawit.

Eksperimen yang betul-betul membuat saya bersemangat adalah pengukuran jumlah nitrogen dan penyusutan fosfor dari waktu ke waktu dengan menggunakan Tandan Kosong Sawit (TKS) sebagai pupuk padat. Saya sungguh terkesan ketika percobaan ini mengungkap bahwa fosfor habis dalam jangka waktu tiga bulan setelah aplikasi, sementara hampir 40% nitrogen masih ada bahkan hingga satu tahun kemudian. Pada kenyataannya, hal itu sama dengan menghemat pengeluaran perusahaan selama setahun untuk membeli pupuk mineral karena laju penyerapan nutrisi tertentu tidak secepat yang diharapkan. Diam-diam saya berpikir bahwa praktik perkebunan berkelanjutan sekali lagi terbukti merupakan penghematan alih-alih beban biaya. Sungguh menakjubkan betapa banyak yang bisa kita pelajari dari alam dan betapa kita bisa mengelolalahan lebih baik jika kita bersedia memahami apa yang alam coba sampaikan kepada kita.

Akhirnya, kami mengunjungi bagian pemuliaantanaman dan kultur jaringan. Rasanya seperti kembali ke SMA lagi! Di bawah naungan pohon sawit berumur enamtahun, kami menyimak penjelasan kepala bagian pemuliaan tanaman tentang metodologi yang digunakan untuk menghasilkan varietas sawit dengan produktivitas tertinggi.

Saat seseorang mengintip ke balik tangkai daunnya yang besar, tampak bunga jantan dan bunga betina sawit dikerubuti oleh kerumunan kumbang penyerbuk kelapa sawit. Kumbang ternyata merupakan penyerbuk kelapa sawit yang andal. Penghematan biaya dan efisiensi yang ditimbulkan oleh serangga kecil ini sangat signifikan. Alih-alih menggunakan tenaga pekerja untuk memanjat pohon sawit dan melakukan penyerbukan di setiap pohon secara manual, kita dapat mengandalkan makhluk-makhluk kecil ini. Benar-benar menakjubkan. Demikianlah riwayat singkat tentang reproduksisawit!

postcardftf-4Mengembangkan pohon sawit yang lebih baik

Kembali ke topik pemuliaan tanaman, menarik untuk dicatat bahwa pada akhirnya Sinar Mas Agribusiness and Food melakukan penanamam klon dari kultur jaringan, beralih dari pemuliaan tanaman konvensional. Tidak berpuas diri atas pencapaian yang ada, tim peneliti telah bergerak untuk menangani berbagai persoalan lain. Sebagai contoh, merekatengah menyelidiki varietas tanaman mana yang paling tahan penyakit dan apakah persilangan sawit dan lidah buaya akan menghasilkan minyak yang lebih berkualitas. Saya tak pernah mengira ada begitu banyak jalan untuk meningkatkan kelapa sawit. Untunglah teknologi telah memberi kita sarana untuk meningkatkan produktivitas tanpa deforestasi.

Ikuti kisah Clairie dalam seri berikutnya saat ia mengunjungi pusat tangkapan gas metana.

Tetap up-to-date dengan berita terbaru dengan berlangganan buletin bulanan kami di sini

fb twitter linkedin mail