menu bar
close-grey

Partisipasi kami dalam menyelamatkan populasi serangga di perkebunan kelapa sawit

Posted: Mar 13, 2019 4 minute read Lim Shu Ling 2596 views

Saat membaca berita pagi beberapa hari lalu, perhatian saya tertuju pada sebuah liputan tentang penurunan populasi serangga secara global. Tampaknya saat ini kita sedang menyaksikan hal yang belum pernah terjadi sebelumnya, yaitu penurunan populasi beberapa spesies serangga yang berperan penting sebagai penyerbuk, rantai makanan bagi makhluk lain, atau pendaur ulang unsur hara. Kita telah mendengar bahwa lebah mengalami masalah serupa selama bertahun-tahun. Tetapi pada kenyataannya dalam waktu dekat dan tentu saja dalam rentang kehidupan generasi yang akan datang, kepunahan besar-besaran mungkin bukan hanya dialami lebah, tapi juga kupu-kupu, semut dan kumbang. Karena serangga-serangga tersebut berperan penting bagi ekosistem alam, dan para ilmuwan mengatakan bahwa penurunan populasi mereka akan membawa dampak yang mengkhawatirkan.

Populasi serangga terancam terutama oleh alih fungsi lahan dan praktik pertanian intensif yang menggunakan pestisida kimia dan herbisida secara berlebihan. Pemanasan global juga turut berperan dalam permasalahan ini. Jika kita tidak mampu mengubah praktik industri pertanian dan mengatasi perubahan iklim, tingkat penurunan populasi serangga akan membawa dampak luar biasa di setiap tingkatan terhadap kehidupan lainnya di muka bumi, termasuk manusia

the-royal-chamber-of-a-termite
Banyak spesies serangga yang berbeda, contohnya rayap pada foto di atas yang dapat ditemukan di perkebunan kelapa sawit.

Langkah perusahaan dalam melestarikan dan memaksimalkan keanekaragaman hayati

Pertama-tama, perubahan kawasan hutan menjadi perkebunan yang membawa dampak besar pada keanekaragaman hayati, oleh karena itu hal utama yang harus dilakukan kami adalah memastikan bahwa operasional perusahaan sudah bebas deforestasi. Meski demikian, perkebunan kelapa sawit masih saja mendapatkan penilaian buruk jika menyangkut keanekaragaman hayati, terutama jika berkaitan dengan spesies mamalia dan burung. Banyak orang telah melupakan dunia serangga, sehingga tidak menyadari bahwa perkebunan sawit mampu menampung populasi serangga yang sangat beragam dan banyak, terutama jika pengelolaannya dilakukan dengan memperhatikan keanekaragaman hayati.

Menjaga dan meningkatkan keanekaragaman hayati khususnya serangga, laba-laba, dan makhluk kecil lainnya adalah fokus khusus kegiatan penelitian dan pengembangan (Litbang) yang dilakukan oleh SMART Research Institute (SMARTRI).

Sejak tahun 2012, SMARTRI bersama Universitas Cambridge dan Southampton terlibat dalam Proyek Biodiversity and Ecosystem Function Tropical Agriculture (BEFTA). Tujuan proyek ini adalah mempelajari cara peningkatan keanekaragaman hayati yang dapat membantu ekosistem berfungsi lebih baik, yang secara kebetulan juga akan meningkatkan produktivitas di perkebunan.

Proyek BEFTA melaksanakan kegiatan di tiga bidang:

  1. Proyek Vegetasi Tanaman Bawah (Understory) yang bertujuan memprediksi dan menyusun model tutupan yang optimal untuk lapisan understory dan tumbuhan epifit di perkebunan sehingga dapat memaksimalkan keanekaragaman hayati
  2. Restorasi Ekosistem Sempadan Sungai
  3. Mengamati dampak pola cuaca ekstrem seperti El Nino dan bagaimana caranya meningkatkan ketahanan cuaca melalui peningkatan keanekaragaman hayati

Konversi hutan primer ke perkebunan atau peternakan hewan dalam bentuk apa pun memiliki dampak negatif pada keanekaragaman hayati di daerah tersebut. Hal itu merupakan salah satu dampak yang tidak dapat dihindari dari produksi pangan manusia masa kini terhadap lingkungan hidup. Walaupun demikian, Proyek BEFTA memberi pernyataan berikut tentang perkebunan kelapa sawit:

“Meskipun ragam spesies yang tinggal di kebun sawit jauh lebih sedikit dibanding hutan hujan tropis yang digantikannya, perkebunan kelapa sawit masih lebih kompleks dibanding sistem pertanian/perkebunan lain karena memiliki beragam tumbuhan herba pada lapisan bawah kanopi dan berbagai jenis epifit yang tumbuh di batang kelapa sawit. Kelapa sawit juga merupakan tanaman dengan umur yang panjang, dengan masa penanaman kembali yang dilakukan kira-kira setiap 25 tahun. Oleh karena itu, terbuka ruang yang cukup besar bagi praktik-praktik pengelolaan yang dapat meningkatkan tingkat keanekaragaman hayati di perkebunan kelapa sawit agar bermanfaat untuk proses ekosistem sekaligus produktivitas panennya.”

Siapa pun yang pernah mengunjungi perkebunan kelapa sawit akan menyetujui pernyataan tersebut karena meskipun ada desain khusus untuk kebun, kelapa sawit tumbuh di atas petak tanah tertata rapi yang tetap dapat ditumbuhi tanaman lain. Kelapa sawit juga bukan tanaman tahunan yang membutuhkan penanaman kembali dan pembukaan lahan setiap tahun. Di perkebunan perusahaan, lapisan bawah kanopi dikembangkan dan dibiarkan begitu saja, sehingga mampu menyediakan habitat yang sangat penting bagi serangga dan mahkluk hidup lain. Baca lebih lanjut mengenai tingginya keanekaragaman serangga di kebun kelapa sawit melalui tautan ini.

pendekatan-multidisipliner
Sinar Mas Agribusiness and Food menggunakan pendekatan multidisipliner untuk melindungi populasi serangga di perkebunan perusahaan.

Di samping fokus Litbang yang sangat penting tersebut, perusahaan telah menerapkan Manajemen Hama Terpadu selama beberapa dekade. Hal ini merupakan bentuk pendekatan multidisipliner pada manajemen hama yang berusaha untuk meminimalisir penggunaan pestisida kimia serta herbisida, dan di saat bersamaan menggunakan metode yang lebih ramah lingkungan seperti penggunaan biopestisida dan penggunaan feromon untuk jebakan hama, burung hantu, dan kucing dalam pengendalian populasi tikus.

Dengan wawasan dan data-data baru yang terus diberikan oleh Proyek BEFTA tentang keanekaragaman hayati di perkebunan daerah tropis, hal tersebut akan diterapkan dalam pengelolaan lingkungan yang lebih baik di perkebunan Sinar Mas Agribusiness and Food, termasuk Manajemen Hama Terpadu. Selain itu, perusahaan akan membagikan praktik terbaik tersebut di forum bertaraf internasional. Seiring berlangsungnya tahap kritis dalam hal penurunan tingkat populasi serangga di seluruh dunia, melindungi keanekaragaman hayati di kawasan hutan adalah salah satu upaya untuk melestarikan populasi serangga, sekaligus menyesuaikan upaya pelestarian lingkungan di sektor perkebunan yang paling produktif agar bermanfaat bagi keanekaragaman hayati dan mendukung produksi perkebunan yang lebih berkelanjutan. Perusahaan berharap bahwa upaya tersebut dapat menjaga dan memaksimalkan keanekaragaman hayati yang penting di wilayah kita ini.

Dr. Edgar Turner, kurator serangga Museum Zoologi Universitas Cambridge, membahas pentingnya pelaksanaan Proyek BEFTA di sini.

Tetap up-to-date dengan berita terbaru dengan berlangganan buletin bulanan kami di sini

fb twitter linkedin mail