PT SMART maju selangkah dalam pemetaan rantai pasokan dengan mengumumkan rencana terikat waktu untuk mencapai kemamputelusuran hingga tingkat perkebunan. Pada akhir tahun 2020, kami menargetkan untuk mengenal semua sumber Tandan Buah Segar (TBS) kelapa sawit yang masuk ke pabrik-pabrik baik yang dimiliki PT SMART maupun pabrik swadaya yang memasok kilang-kilang kami di Indonesia.
Tahap pertama pada langkah ini yaitu memetakan rantai pasokan kami hingga ke pabrik yang telah diselesaikan oleh PT SMART pada akhir 2015. Kami memiliki catatan mengenai seluruh 489 pabrik yang memasok ke delapan lokasi hilir kami. Saat ini kami telah mulai bekerja bersama pabrik-pabrik tersebut untuk memetakan pasokan mereka hingga tingkat perkebunan.
Di PT SMART, tim Hilir kami sedang mencari upaya teknis dalam pemetaan dan verifikasi sumber TBS kami. Ini termasuk penguatan proses dokumentasi pengadaan TBS dari petani ke pabrik. Program percontohan akan dilaksanakan dengan melibatkan pabrik-pabrik milik PT SMART dan pabrik swadaya. Hasil dari program percontohan tersebut kemudian akan diterapkan pada pabrik-pabrik yang lain.

Ini akan menjadi tugas yang rumit. Kami harus dapat meyakinkan semua pabrik pihak ketiga untuk menerapkan sistem ini dan memberikan laporannya kepada kami. Pabrik-pabrik yang membeli hanya dari beberapa perkebunan akan lebih mudah menyelesaikan proses pemetaan. Sementara itu, pabrik-pabrik lain yang mungkin membeli dari agen yang mengepul produk dari berbagai petani kecil mengetahui bahwa proses ini membutuhkan usaha lebih keras dan akan memakan lebih banyak waktu.
Karena itu kami telah menetapkan jadwal yang realistis: pada akhir 2017 pabrik PT SMART harus memiliki kemamputelusuran penuh hingga ke tingkat perkebunan. Sementara pihak-pihak lainnya diberi keringanan untuk menyelesaikan pemetaan pada akhir 2020.
“Upaya untuk melibatkan sekitar 450 pabrik pemasok dan mengajak mereka turut melibatkan para pemasok yang terdiri dari perkebunan lain, agen, dan petani kecil adalah usaha yang menantang. Namun kami juga melihat adanya kesempatan untuk melibatkan pemangku kepentingan secara lebih luas dalam upaya meningkatkan praktik keberlanjutan dan produksi,” ungkap Daniel Prakarsa, Head of Downstream Sustainability Implementation.
Kami memandang pemetaan hingga tingkat perkebunan sebagai kunci untuk mengubah rantai pasokan sawit kami serta meningkatkan keberlanjutan di sektor industri ini.
LEBIH DARI 40% PERKEBUNAN KELAPA SAWIT DI INDONESIA DIKELOLA OLEH SEKITAR DUA JUTA PETANI KECIL
Tidak banyak orang di luar sektor kelapa sawit menyadari bahwa petani kecil mendominasi industri ini. Pada kenyataannya, lebih dari 40 persen lahan kelapa sawit dikuasai oleh dua juta petani kecil di Indonesia. Salah satu tantangan terbesar bagi kami adalah menemukan cara untuk membantu jutaan petani tersebut meningkatkan praktik lingkungan sekaligus meningkatkan hasil, produktivitas, pendapatan, dan kesejahteraan mereka. Ini adalah tugas yang besar. Namun, hanya dengan membantu merekalah kami dapat menciptakan rantai pasokan sawit berkelanjutan serta mengubah industri ini. Dengan mengambil langkah berikutnya, yaitu memetakan rantai pasokan hingga tingkat perkebunan, kami memperkuat upaya untuk mengenal dan melibatkan jutaan petani ini.
Para pemasok swadaya juga bersedia menerapkannya karena mereka mulai melihat hasil positif yang akan mereka dapatkan, “Sebagai pengusaha, kami mengenali manfaat jangka panjang yang didapat dari pemetaan ini. Kami akan memenuhi permintaan konsumen akan kemamputelusuran produk sekaligus ikut serta dalam menciptakan industri yang lebih berkelanjutan dengan membantu petani swadaya yang mungkin membutuhkan dukungan untuk menerapkan praktik-praktik yang lebih baik,” ujar Hendrikus H Nauli, Direktur PT Sugih Riesta Jaya, salah satu pemasok pihak ketiga PT SMART.