Sulit dipercaya bahwa tujuh minggu sudah berlalu sejak kami meluncurkan Kampanye Internal Hari Lingkungan Hidup Sedunia. Sebagai bagian dari komite pelaksana kampanye di kantor Singapura kami, saya dapat dengan jujur mengatakan bahwa saya telah belajar banyak untuk menginspirasi perubahan di tempat kerja (dan di rumah).
Ini dimulai beberapa bulan lalu ketika Vice President, Anita Neville, bertanya kepada saya, apa yang bisa kami lakukan untuk meningkatkan kesadaran tentang isu-isu keberlanjutan bagi rekan-rekan kami di Singapura. Di kantor Singapura, kami menganggap keberlanjutan hanyalah upaya yang sedang dilakukan oleh operasi kami di Indonesia, dan saya ingin melakukan sesuatu agar semua orang menyadari bahwa keberlanjutan juga perlu diterapkan di sini. Saya sangat bersemangat menjalani proyek ini saat mengetahui bahwa PT SMART menganggap keberlanjutan sebagai hal yang serius. Ini adalah kesempatan yang baik untuk mengajak rekan-rekan lain turut serta terlibat.
Memperkenalkan isu keberlanjutan di Singapura
Hari Lingkungan Hidup Sedunia adalah awal yang tepat. Hari Lingkungan Hidup Sedunia dirayakan pada tanggal 5 Juni setiap tahunnya untuk memperkenalkan aksi-aksi sehubungan dengan lingkungan yang positif. Hal ini juga digalakkan PT SMART dalam semua operasi kami. Tim sumber daya manusia dan tim komunikasi perusahaan bekerja sama dalam perencanaan, persiapan, dan pelaksanaan berbagai program, diskusi, dan kegiatan di dalam dan di luar ruangan, sekaligus memberikan informasi bagi karyawan melalui film dokumenter, brosur online, dan melalui LinkedIN mengenai cara penerapan praktik keberlanjutan bagi individu di tempat kerja dan di rumah. Kampanye ini merupakan media yang tepat untuk memperkenalkan Kebijakan Sosial dan Lingkungan GAR (KSLG), yang merupakan peta PT SMART menuju keberlanjutan untuk rekan-rekan kami di Singapura.

Komite pelaksana mempertimbangkan banyak hal dalam kegiatan harian dan mingguan bagi kantor Singapura. Kampanye percontohan ini merupakan pelibatan karyawan dengan skala terbesar yang pernah dilakukan di kantor Singapura. Tanggapan yang diterima pun sangat menggembirakan.
Kami memenuhi salah satu sasaran kami untuk meningkatkan kesadaran dan pemahaman tentang GSEP. Sebuah survei akhir pada akhir kampanye menunjukkan peningkatan pemahaman GSEP dibandingkan dengan pada awal kampanye di mana lebih dari 80 persen responden mendapat skor di atas tujuh dari 10 pertanyaan mengenai kebijakan keberlanjutan perusahaan.
Di sisi lain, dari tanggapan keseluruhan dan jumlah partisipasi yang rendah di beberapa kegiatan, kami juga belajar betapa sulitnya melibatkan karyawan. Hal ini mungkin disebabkan oleh pemikiran bahwa isu-isu keberlanjutan tidak krusial bagi kami di Singapura. Namun, pada tahun lalu kami semua terkena dampak kabut asap terburuk dalam 20 tahun terakhir dan tentunya ini mengkhawatirkan kami semua. Sebagai karyawan, kami bangga karena PT SMART memiliki Kebijakan Tanpa Bakar yang ketat sejak 1997 (pengusaha sawit pertama di Indonesia yang menerapkan kebijakan tersebut). Artinya kami benar-benar tidak menggunakan api dalam membuka lahan. Kami juga telah menjadi yang terdepan dalam industri kami dalam upaya memutus keterikatan antara produksi kelapa sawit dan deforestasi. Beberapa fakta-fakta berikut berguna dan penting untuk menjawab pertanyaan, apakah kami membakar hutan Indonesia.

Menjalankan perkataan yang diucapkan
Saya percaya bahwa keberlanjutan dapat secara perlahan tertanam dalam budaya perusahaan kami. Di luar kampanye ini, untuk menanamkan keberlanjutan dalam kegiatan sehari-hari kami, PT SMART membentuk Komite Keberlanjutan Staf (Staff Sustainability Committee/SSC) di kantor Singapura.

Banyak hal yang dapat dikembangkan dan banyak pula yang harus dikerjakan. Pesan ini terungkap sangat jelas dalam pertemuan di townhall bahwa karyawan kami ingin berkarya: berkembang, berkontribusi, dan merasa bangga dengan tempat kerjanya. Dengan terlibat menciptakan perubahan, budaya yang kuat yang selaras dengan komitmen keberlanjutan PT SMART dapat dibangun. Mari menjadi bagian dari solusi. Bagaimana pun juga, dibutuhkan banyak orang untuk membangun perusahaan berkelanjutan.