Meski banyak digunakan dalam berbagai produk makanan, para pengkritik sering mengecap minyak kelapa sawit sebagai komoditas yang jahat di industri makanan karena kandungan lemak jenuhnya yang tinggi. Namun, kebenaran mengenai minyak kelapa sawit tidak sesederhana rumor yang beredar.
Belakangan ini, perhatian saya tersita untuk mendalami teori yang berlaku pada lemak atau minyak apa saja. Kajian Dr. Gisle Langslet, “Dairy fat and cardiovascular disease: good or bad? A lipidologist’s view (Lemak susu dan penyakit kardiovaskular: baik atau buruk? Pandangan ahli lipidologi)” menunjukkan bahwa komposisi makanan mungkin merupakan faktor penentu yang lebih signifikan bagi kesehatan kita dibandingkan komponen nutrisi tertentu yang berdiri sendiri.
Dengan kata lain, bukan hanya seberapa banyak atau sedikit asupan nutrisi tertentu yang kita konsumsi yang memengaruhi kesehatan. Sebaliknya, sifat suatu makanan apakah memberi manfaat kesehatan atau tidak ditentukan oleh kombinasi berbagai nutrisi, bagaimana kandungan nutrisi tersebut berinteraksi, dan struktur fisik makanan. Sebagai contoh, tubuh kita menyerap kalsium lebih baik bila ada vitamin D. Di sisi lain, makanan kaya kalsium dapat menghambat penyerapan zat besi.
Gagasan ini didukung oleh makalah penelitian yang diterbitkan dalam European Journal of Preventive Cardiology, yang menelaah hubungan antara konsumsi lemak susu dan risiko serangan jantung. Studi tersebut menunjukkan bahwa risiko penyakit kardiovaskular berbeda-beda, tergantung pada struktur makanan yang mengandung lemak susu. Misalnya, meski konsumsi susu dan mentega dikaitkan dengan peningkatan risiko penyakit kardiovaskular, keju memiliki kaitan dengan penurunan risiko.
Sebagaimana halnya lemak susu, minyak kelapa sawit memiliki kandungan lemak jenuh sekitar 50 persen. Demikian pula, bentuk dan komposisi nutrisinya memengaruhi pencernaan, penyerapan, dan metabolisme. Faktor-faktor ini memengaruhi karakteristik nutrisi dan sifat kesehatan dari suatu makanan secara keseluruhan.
Selain itu, ada penelitian terbaru yang mempertanyakan anggapan bahwa semua lemak jenuh berdampak buruk bagi kesehatan.[1] [2] Lemak jenuh dapat dibagi menjadi berbagai jenis asam lemak jenuh; masing-masing memiliki efek berbeda pada tubuh manusia. Misalnya, asam laurat dalam minyak kelapa (dan minyak inti sawit) terbukti meningkatkan kadar kolesterol HDL (“kolesterol baik”). Sedangkan asam stearat yang terdapat pada mentega kakao (cocoa butter) terbukti tidak memiliki pengaruh, atau bersifat netral, terhadap kadar kolesterol.
Sangatlah penting bagi kita untuk mempertimbangkan seluruh matriks makanan saat menetapkan pilihan makanan yang dikonsumsi. Walaupun konsumsi lemak jenuh memang perlu diperhatikan, pernyataan menyeluruh tentang lemak jenuh tidak lagi valid untuk digeneralisasi. Di luar pro-kontranya, minyak kelapa sawit dapat memberikan berbagai manfaat kesehatan jika dijadikan sebagai bagian dari pola makan yang berimbang.
Mengambil pendekatan yang lebih mempertimbangkan beragam perspektif dalam memahami dampak lemak dan minyak pada kesehatan adalah kuncinya. Jika Anda tertarik bekerja sama dengan kami untuk berinovasi dalam beragam produk yang memanfaatkan minyak kelapa sawit secara seimbang dan positif, pelajari kapasitas Litbang kami pada tautan ini.
2 https://www.nutritioncoalition.us/saturated-fats-do-they-cause-heart-disease