Jakarta,17 Maret 2021- Pandemi global COVID-19 telah meningkatkan kekhawatiran masyarakat, khususnya tentang keamanan pangan dan nutrisi.
Kekhawatiran ini akhirnya menimbulkan berbagai persepsi yang keliru. Oleh karena itu Sinar Mas Agribusiness and Food, sebagai salah satu perusahaan agribisnis berbasis kelapa sawit terkemuka, semakin meningkatkan upayanya dalam mengedukasi konsumen tentang manfaat baik minyak nabati yang paling banyak digunakan di dunia.
“Salah satu mitos yang terus beredar adalah minyak sawit tidak sehat karena mengandung asam lemak jenuh (SAFA). Padahal minyak sawit utuh umumnya mengandung 50% asam lemak jenuh dan 50% lemak tak jenuh, yang tentunya ini berbeda jika dibandingkan dengan mentega berbahan dasar susu dan kakao,” ungkap Dr. Paul Wassell, Head of Research and Development.
Faktanya jika merujuk pada tingkat pemurniannya, minyak sawit sangat kaya akan kandungan Beta-karoten, sebagai sumber alami Pro-Vitamin A. Minyak sawit juga merupakan sumber tocotrienols (Vitamin E) yang baik.
“Mitos lainnya adalah minyak sawit dapat meningkatkan risiko penyakit kardiovaskular, yang sebenarnya tidak tepat. Ini akibat dari kurangnya pengetahuan dasar tentang perbedaan jenis asam lemak jenuh (SAFA): rantai panjang, sedang, dan pendek, serta fungsinya,” terang Wassell. “Misalnya asam lemak palmitat (SAFA yang paling umum) dalam lemak oleat-palmitat-oleat (OPO) untuk susu formula, justru dibuat dengan cara meniru molekul OPO yang secara alami terkandung dalam ASI.”
Menghilangkan lemak trans seutuhnya dari makanan
Kekhawatiran akan peningkatan risiko penyakit jantung mendorong regulator kesehatan global melarang lemak trans, yang dapat ditemukan dalam minyak nabati yang terhidrogenasi secara parsial. U.S. Federal Drug Administration dan WHO pun berencana untuk menghilangkan lemak trans dalam skala industri pada 2020 dan 2023.
Para konglomerat di industri makanan dan minuman kini mulai beralih ke minyak sawit alami, karena secara alami bebas dari asam lemak trans dan tidak perlu melewati proses hidrogenasi untuk dimodifikasi -tidak seperti minyak bunga matahari, kanola, dan kedelai. Di antara empat minyak yang menjadi komoditas utama ini, minyak sawit tetap bebas dari modifikasi genetik atau non-transgenik (non-GMO).
“Menambahkan hidrogen membuat minyak lebih jenuh dan dapat menyebabkan pembentukan asam lemak trans. Oleh karena itu kemampuan minyak sawit untuk difraksinasi secara alami dan kemudian digabungkan kembali menjadi produk lain tanpa hidrogenasi merupakan keistimewaan dari minyak sawit,” ujar Wassel.
Terus berinovasi untuk memenuhi kebutuhan konsumen
Di Pusat Riset dan Pengembangan (Litbang) Sinar Mas Agribusiness and Food di Marunda, Jakarta, para ahli teknologi pangan kami mengembangkan margarin dengan profil rasa yang berbeda, shortening dengan special whipping, atau bahan unik lainnya untuk lapisan es krim.
“Pengganti lemak susu – seperti margarin berbasis minyak sawit untuk menggantikan mentega – kini semakin banyak diminati. Penggati ini juga bermanfaat bagi konsumen yang tidak dapat mengkonsumsi laktosa sekaligus menghindari konsumsi lemak trans. Kami juga mengurangi Sodium (garam) dalam produk margarin kami. Kami memahami ini dapat memberikan lebih banyak manfaat kesehatan bagi masyarakat.
Kami juga melihat minat konsumen semakin besar terhadap makanan berbahan dasar tanaman. Disini kami menciptakan berbagai inovasi baru untuk konsumen lokal dan internasional, sekaligus memenuhi kebutuhan para konsumen kami,” tambah Wassel.
Setahun berlalu setelah pandemi COVID-19, pembuat kebijakan semakin meningkatkan fokus mereka terhadap ketahanan pangan dan gizi, khususnya untuk masyarakat pedesaan.
Wassell yakin masyarakat ini dapat terus mengedepankan konsumsi minyak sawit yang diproses seminimal mungkin, agar tetap mempertahankan kandungan tocotrienol alami, konsentrasi Pro-Vitamin A yang maksimum, sekaligus menjaga agar jejak karbon tetap rendah.
Temukan informasi lebih lanjut tentang inisiatif Litbang kami di Fakta Produksi Minyak Kelapa Sawit di Marunda R&D Center.
Tentang Sinar Mas Agribusiness and Food
Sinar Mas Agribusiness and Food yang beroperasi di bawah Golden Agri-Resources (GAR) adalah salah satu perusahaan perkebunan kelapa sawit terkemuka dengan total luas areal tanam di Indonesia mencapai lebih dari 499.012 hektar (termasuk kebun milik petani plasma) per 31 Maret 2020. Perusahaan memiliki operasi terpadu yang memproduksi bahan pangan yang berbahan baku minyak nabati.
Didirikan pada 1996, GAR tercatat di Bursa Efek Singapura pada 1999 dengan nilai kapitalisasi pasar US$ 1,3 miliar per 31 Maret 2020. Perusahaan investasi Flambo International Limited saat ini merupakan pemegang saham terbesar GAR, dengan kepemilikan saham sebesar 50,52 persen. GAR memiliki beberapa anak perusahaan, termasuk PT SMART Tbk yang tercatat di Bursa Efek Indonesia pada 1992.
Sinar Mas Agribusiness and Food berfokus pada produksi minyak kelapa sawit berkelanjutan. Di Indonesia, kegiatan utamanya meliputi budidaya dan pemanenan pohon kelapa sawit; pengolahan tandan buah segar menjadi minyak sawit mentah (CPO) dan inti sawit; penyulingan CPO menjadi produk dengan nilai tambah seperti minyak goreng, margarin, shortening dan biodiesel; serta perdagangan produk kelapa sawit ke seluruh dunia. Perusahaan juga beroperasi di Tiongkok dan India dengan memiliki pelabuhan, pabrik penghancur biji sawit, memproduksi berbagai produk minyak nabati olahan, serta produk makanan lainnya seperti mie.
Untuk informasi lebih lanjut, silakan hubungi:
Tim Media Sinar Mas Agribusiness and Food
Monica Wijayanthy
[email protected]