menu bar
close-grey

Mandat biodiesel B20 selamatkan industri kelapa sawit Indonesia

Posted: Feb 25, 2019 2 minute read Yafet Sanjaya 7948 views

Dalam rangka meningkatkan konsumsi minyak kelapa sawit domestik, implementasi biodiesel oleh pemerintah Indonesia sudah mencapai tahap B20 pada September 2018. Apa itu B20? B20 adalah istilah yang mengacu pada campuran bahan bakar dengan kandungan 20 persen minyak nabati dan 80 persen minyak bumi. Angka 20 pada “B20” menunjukkan jumlah minyak nabati yang terkandung dalam campuran biodiesel tersebut.

Saat ini banyak negara yang sudah menerapkan mandat biodiesel dari pemerintah, seperti Argentina (B10), Brazil (B2), Uni Eropa (B7), Norwegia (B3.5), Australia (B2), India (B5), Malaysia (B10), Filipina (B2), Korea Selatan (B2-B3), Afrika Selatan (B5), Kosta Rika (B20), Minnesota (B20), Indonesia (B20), dan lainnya.

Di Sinar Mas Agribusiness and Food, upaya yang diambil perusahaan sudah sejalan dengan langkah pemerintah Indonesia terkait biodiesel, yakni memproduksi biodiesel di Kalimantan Selatan dan Jakarta. Perusahaan percaya minyak kelapa sawit yang diproduksi secara berkelanjutan berperan penting dalam penyediaan energi terbarukan, baik dalam menyediakan bahan bakar domestik di negara-negara penghasilnya seperti Indonesia, dan membantu berbagai negara penggunanya untuk beralih ke pilihan bahan bakar yang lebih rendah polusi.

yes
Produksi biodiesel dari minyak kelapa sawit di salah satu pabrik perusahaan

Perkembangan mandat biodiesel di Indonesia

Dalam satu dekade terakhir, Indonesia terus meningkatkan penggunaan biodiesel sehubungan dengan mandat-mandat terkait yang dikeluarkan oleh presiden:

  • 2009 : B1
  • 2010-2012 : B2,5
  • 2013-2014 : B10 dikeluarkan pada 1 September 2013
  • 2015 : B15
  • 2016 : B20 sudah dikeluarkan pada 2016 dan diimplementasikan secara bertahap untuk berbagai sektor, namun baru berlaku secara efektif pada 1 September 2018
  • 2020 : B30 ditargetkan mulai efektif implementasinya di seluruh sektor pada 2020, dan penerapannya akan dipercepat di 2019

Bahkan hingga 21 Februari 2019, Kementerian Pertanian Indonesia sudah berhasil memproduksi B100 yang diklaim memiliki keunggulan pembakaran 40 persen lebih efisien dibandingkan dengan bahan bakar fosil. Penerapan kewajiban biodiesel dalam berbagai jenis sektor dapat dilihat pada tabel berikut

Jenis Sektor April 2015 Januari 2016 Januari 2020 Januari 2025 Keterangan
Rumah Tangga Saat ini tidak ditentukan
Usaha Mikro, Usaha Perikanan, Usaha Pertanian, Transportasi, dan Pelayanan Umum (PSO) 15% 20% 30% 30% Terhadap kebutuhan total
Transportasi Non PSO 15% 20% 30% 30% Terhadap kebutuhan total
Industri dan Komersial 15% 20% 30% 30% Terhadap kebutuhan total
Pembangkit Listrik 25% 30% 30% 30% Terhadap kebutuhan total

Pentahapan Kewajiban Minimal Pemanfaatan Biodiesel (B100) Sebagai Campuran Bahan Bakar Minyak
(Sumber: Permen ESDM No. 12 Tahun 2015)

Penerapan mandat biodiesel bermanfaat bagi Indonesia

Di dalam negeri, penggunaan biodiesel memberikan kontribusi secara ekonomi, tidak hanya untuk memenuhi permintaan bahan baku produksi lokal seperti minyak kelapa sawit mentah (CPO), tapi juga mengurangi biaya impor bahan bakar. Terhitung dari Agustus 2015 hingga April 2018, Indonesia telah menghemat sekitar Rp 30 triliun karena berkurangnya impor solar hingga 5,88 juta kilo liter.

Selain itu, emisi yang dihasilkan oleh pembakaran biodiesel lebih kecil jika dibandingkan dengan pembakaran solar, sehingga mengurangi efek Gas Rumah Kaca (GRK) di atmosfer. Emisi yang dihasilkan dari pembakaran biodiesel juga nihil sulfur, yang mencegah terjadinya hujan asam. Tabel di bawah ini dapat memperjelas jumlah pembakaran emisi yang dihasilkan antara biodiesel dengan solar

Kriteria Biodiesel  Diesel (solar)
SO2 (ppm) 0 78
CO (ppm) 10 40
NO (ppm) 37 64
NO2 (ppm) 1 1
O2 (%-b) 6 6.6
Total Partikulat (mg/Nm3) 0.25 5.6
Benzene (mg/Nm3) 0.3 5.01
Toluen (mg/Nm3) 0.57 2.31
Xylen (mg/Nm3) 0.73 1.57
Ethyl benzene (mg/Nm3) 0.3 0.73

Perbandingan pembakaran emisi Biodiesel dengan Solar
(Sumber: Internasional Biodiesel, 2001)

Biodiesel menggunakan bahan baku terbarukan (renewable) seperti lemak hewani dan minyak nabati, sebagai pilihan yang lebih baik untuk keberlanjutan jika dibandingkan dengan bahan bakar berbahan dasar fosil yang persediaannya terbatas. Selain itu, mandat ini dapat membantu meningkatkan pendapatan petani swadaya. Sebagai tanaman penghasil minyak nabati yang paling produktif, minyak kelapa sawit mampu memasok bahan baku sumber energi alternatif, sekaligus memiliki peran penting dalam meyediakan bahan baku pangan bagi Indonesia dan dunia.

Tetap up-to-date dengan berita terbaru dengan berlangganan buletin bulanan kami di sini

fb twitter linkedin mail